Hari Jumat menjadi hari spesial bagi umat Islam, baik ditinjau dari aspek konseptual maupun ditinjau dari aspek praktikal. Secara konseptual dapat dipaparkan berdasarkan segi definisi, sebab historis, fadilah amal, segi metafisik, dan humanisme. Sementara itu secara praktikal, hari Jumat dapat disusun sesuai urutan waktu.Â
Kata Jumat secara etimologi berarti kumpulan dan perkumpulan. Karena pada hari ini umat Islam berkumpul di satu masjid yang terdapat di suatu kampung untuk melakukan shalat Jumat yang di awali dengan khutbah, lalu disambung dengan pelaksanaan shalat Jumat berjamaah.Â
Selain itu, secara historis hari Jumat dinamakan dengan Jumat karena pada hari ini adalah hari ketika jasad dan ruh Nabi Adam a.s. disatukan. Kemudian pada hari ini, Nabi Adam bertemu pasangannya Siti Hawa. Pada hari ini pula Nabi Adam turun ke bumi dan pada hari ini Nabi Adam dipersatukan kembali dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah setelah terpisah kurang lebih 40 tahun lamanya.
Baca Juga:Â Memahami Tafsir Surat At-Takatsur, Akan Ingat Apa Tujuan Hidup Kita?
Secara fadilah amal seperti keterangan sebagian ulama lain, bahwa pada hari ini amal perbuatan umat Nabi Muhammad saw diperlihatkan kepada Baginda Nabi saw. Oleh karena itu, tidak sedikit ulama Nusantara yang menganjurkan untuk memperbanyak shalawat pada hari ini. Hal itu biasanya tampak dari pembacaan maulid, seperti maulid Diba'i, maulid Barzanji, maulid Simtud Dhurar, dan sebagainya.Â
Akan tetapi ada pula yang mendawamkan untuk membaca al-Quran. Dengan kata lain, kebiasaan ini sudah menjadi wirid mingguan mereka. Pembacaan al-Quran pada hari Jumat biasanya dikhususkan untuk membaca surat-surat pilihan, seperti surat Yasin dan surat al-Kahfi.Â
Pemilihan kedua surat tersebut bukan tanpa dasar dan sebab, melainkan berdasarkan hadis Nabi SAW yang memerintahkan umatnya agar membaca kedua surat tersebut agar hidupnya dilapangkan dan dijaga dirinya dari mulai Jumat sekarang hingga Jumat pekan depan. Dengan kata lain, hal ini merupakan tindakan nyata dari perilaku menghidup-hidupi sunah Nabi SAW.
Baca Juga:Â Manifestasi Zuhud di Zaman Modern
Secara metafisik, disebutkan dalam kitab Daqaiqul Akhbar bahwa pada hari Jumat, roh orang tua manusia yang telah meninggal diberi kesempatan untuk kembali melihat sanak familinya yang masih hidup di dunia. Tujuannya untuk melihat dan meminta doa, bacaan al-Quran sebagai penyelamat dan bekal bagi dirinya ketika kembali lagi ke alam kubur.Â
Kalau sanak famili mayit menghadiahkan bacaan al-Quran , dzikir, tahlil, doa, dan sebagainya khusus bagi dirinya, maka ketika kembali ke kuburan mereka akan senang riang gembira. Akan tetapi, kalau ahli waris si mayit tidak melakukan hal itu, maka si mayit akan menangis kecewa dan menyesal telah meninggalkan bagi mereka harta yang melimpah tetapi menyengsarakan si mayit di akhirat.
Penjelasan ini telah di gubah oleh Kiyai Kanjeng ke dalam bentuk syairan yang begitu menyentuh, menggugah dan mengingatkan kita kepada orang yang telah meninggal sehingga meskipun telah meninggal mereka tetap memiliki ikatan dengan diri kita semua. Dengan kata lain, masih melakukan aktivitas kontak batin. Video syairan tersebut dapat dilihat melalui kanal Youtube dengan alamat link ini.
Baca Juga:Â Manfaat Mempelajari Sirah Nabawiyah
Secara humanisasi Islam, Para ulama Nusantara biasanya menganjurkan pengikutnya untuk menghadiahi para orang tua yang telah meninggal dengan membaca tahlil, tahmid, shalawat, ayat dan beberapa surat pilihan agar mereka (para mayit) tidak bersedih hati dan tidak pulang dengan tangan hampa. Dengan kata lain, orang yang sudah meninggal saja dihormati, diperlakukan dengan baik, maka apalagi orang yang masih hidup.
Adapun diantara surat yang dianjurkan untuk dibaca dan semoga pahalanya tercurahlimpahkan khususnya bagi si mayit adalah surat al-Mulk, surat As-Sajadah, dan surat Yasin. Menyikapi hal ini, maka sepertinya hari Jumat itu akan penuh dengan amalan sunah, sehingga perlu melakukan manajemen waktu yang baik dan tepat, akurat dan cermat. Hal itu dilakukan sebagai bentuk praktikal ajaran Islam dalam kehidupan nyata atau menginternalisasikan Islam seperti yang diharapkan Abuddin Nata.
Adapun diantara saran manajemen waktu untuk hari Jumat yang dapat penulis tawarkan adalah sebagai berikut. Waktu dibagi menjadi beberapa bagian yang bermula di waktu Ashar pada hari Kamis. Karena menurut penanggalan Islam, pergantian hari itu terjadi di sore hari.
Baca Juga: 7 Sifat Teladan Siti Aisyah bagi Perempuan Milenial
Adapun amalan yang bisa dilakukan diantara waktu Ashar dan waktu Maghrib adalah membaca wirid-wirid ringan atau membaca shalawat dan dapat pula membaca hizib autad (Allahul Kafi Rabbunal Kafi). Amalan ini dapat dibaca ketika menjelang maghrib atau pun sambil menunggu waktu berbuka puasa bagi yang melaksanakan puasa.
Setelah shalat Isya, dapat diisi dengan mengikuti pengajian mingguan, membaca maulid, dan membaca surat Yasin. Setelah itu, menjelang tidur diusahakan shalat sunat sunah dua rakaat terlebih dahulu, lalu selepas salam membaca shalawat Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammadinin nabiyyil umiyyi wa ala alihi wa sallim sebanyak 1.000 kali. Fadilahnya, agar dirinya dapat bertemu dengan Nabi SAW dalam mimpi sesuai keterangan Syekh Abdul Qadir Jaelani rah.a. Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan tidur dengan meng-ajam untuk bisa shalat tahajud.
Setelah bangun, shalat Tahajud minimal dua rakaat kemudian dilanjut shalat sunat yang lainnya seperti shalat hajat, birrul walidain, shalat taubat, shalat istikharah dan shalat witir. Sambil menunggu waktu subuh, dapat diisi dengan membaca dzikir berupa tasbih, tahmid dan istigfar atau bahkan membaca al-Quran seperti yang Allah perintahkan dalam al-Quran untuk membaca al-Quran sebelum tiba waktu fajar (Subuh). (waratilil quranal fajro, inna quranal kana masyhuda).
Baca Juga:Â Persiapkan Rohani Menyambut Bulan Ramadhan
Setelah shalat subuh, dapat dilanjut dengan membaca surat al-Kahfi, lalu dilanjutkan dengan dzikir sampai terbit matahari. Kemudian, dilanjutkan dengan melaksanakan shalat isyraq dan setelah beberapa waktu kemudian dapat dilanjut dengan melaksanakan shalat Dhuha.
Jika tidak ada kesibukkan maka dianjurkan untuk berangkat shalat Jumat di pagi hari. Namun, jika ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan maka boleh datang ke masjid untuk shalat jumat sebelum Imam, Khatib dan Muadzin tiba di masjid.
Setelah shalat Jumat dianjurkan untuk membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan Maudzitain (al-Falaq dan an-Nas) masing-masing sebanyak tujuh kali. Kemudian mebaca syair i'tiraf karya Abu Nawas. Hal ini dapat dilihat keterangannya dalam kitab syarah Kasyifatus Saja syarah safinatun Naja karya Syekh Nawawi al-Bantani. Setelah selesai, kemudian melaksanakan shalat sunat bakdiyah Jumat. Jika masih kuat, dapat dilanjut dengan melaksanakan shalat tasbih.
Baca Juga: Metode Mudah untuk Menghafalkan Al- Qur’an
Terakhir, setelah shalat Ashar di hari Jumat, dapat dilanjutkan dengan membaca shalawat sebanyak 80 kali. Berikut adalah bacaan shalawatnya Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin Nabiyyil Umiyyi wa ala alihi wa sallim. Demikianlah rangkain manajemen waktu pada hari Jumat yang dapat penulis sarankan.
Sehingga pada hari Jumat, tidak ada waktu yang tersia-siakan kecuali berlalu dengan dibarengi ibadah yang akan kembali pada dirinya, keluarganya, bangsa dan agamanya baik yang sudah tiada maupun yang masih hidup di dunia. Dengan demikian, wajar hari ini menjadi rajanya hari (sayyidul ayyam). Hal itu berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh para perawi hadis.Â
Semoga kita termasuk orang sholih dan istiqamah di jalan kebaikan serta mendapat taufiq, hidayah, ridha dan inayah Allah SWT. Aamiin.
Penulis: Ujang Azwar
*) Artikel ini pernah dimuat di website Griya Riset Indonesia
0 Comments