Ticker

6/recent/ticker-posts

Iqbal yang Pemikir, Iqbal yang Penyair

Gambar: Islami.co

KITA mengenal Muhammad Iqbal sebagai pemikir dan penyair. Kita tak henti mengkaji pemikiran filsafatnya tentang eksistensi Tuhan dan autentitas manusia. Kita tak bosan membaca puisi-puisinya yang membentangkan dua peradaban besar di dunia. 

Saya tahu, memperkenalkan Iqbal sebagai pemikir dan penyair saja, tentu banyak mereduksi universalitas dirinya. Pasalnya ia juga dikenal sebagai politikus, negarawan, ahli hukum, dan juga sufi. Gelar Allama yang disandang menandakan bahwa bapak negara Pakistan ini merupakan manusia kompleks yang sulit ditemui, terutama dalam dunia Islam. 

Menelaah pemikiran filsafat serta menginterpretasi puisi Iqbal agaknya menjadi satu kesatuaan yang tak terpisahkan. Dalam filsafatnya selalu menggunakan diksi-diksi yang puitis. Dalam puisi-puisinya, selalu termaktub makna-makna filosofis. Filsafat dan sastra, keduanya bersatu padu dan menjadi satu fragmen penting yang tak terpisahkan dalam diri Muhammad Iqbal. 

Baca Juga: Mengenal Mohammad Arkoun, Pemikir Islam Kontemporer

Dalam perkembangan pemikiran Islam modern, Iqbal memiliki pengaruh amat besar. Kehadirannya memunculkan daya tawar baru dalam memandang dan memposisikan dogma agama. Ide dan gagasannya berhasil membawa diskursus wacana keagamaan menjadi lebih progresif. 

Sebagaimana pada periode awal abad 20, muncul pembaruan dalam khazanah pemikiran Islam yang dipengaruhi, salah satunya oleh Muhammad Iqbal. Di mana dalam periode ini, rasionalitas berkembang dan menjadikan pemaknaan atas teks agama tidak lagi stagnan dan statis. Melainkan terjadi dialektika penafsiran dengan kondisi sosial-budaya manusia era modern. 

Pemikiran yang dicetuskan Iqbal lebih sering tertuang dalam karya sastra naratif. Baginya, puisi merupakan energi psikis untuk membangunkan jiwa muslim yang lama tertidur. Puisinya menjadi pembangkit semangat untuk berjuang menempuh jalan keislaman secara logis dan dialektis. 

Baca Juga: Motivasi Hidup dari Filsuf Socrates

Salah satu pemikiran penting Allama Iqbal yang menjadi pembangkit umat Islam yaitu tentang hubungan antara Tuhan dan manusia. Tuhan diposisikan bukan sebagai zat yang asing dan jauh, melainkan Ia begitu dekat dengan manusia. Pasalnya manusia merupakan khalifah (pengganti atau wakil) Tuhan di muka bumi. 

Oleh karenanya, manusia diberikan tanggung jawab untuk mengelola bumi dan seluruh isinya. Manusia dibekali potensi berupa akal pikiran, indera, maupun kemampuan lainnya agar dalam mengemban dan menjalankan amanah tersebut dapat selaras dengan hukum-hukum ketuhanan. 

Iqbal meniscayakan bahwa dalam diri manusia terkandung sifat-sifat ketuhanan. Mewarisi sifat Tuhan, manusia menjadi mahluk yang memiliki daya dan kemampuan untuk mencipta. Sang khalifah yang dengan kehendak kreatifnya mampu membuat kehidupan di muka bumi dapat berjalan secara harmoni. 

Baca Juga: Mengenang Chairil dan Sapardi

Secara puitis, Iqbal mengalegorikan relasi tersebut dalam sajaknya berjudul “Tuhan dan Manusia” dalam buku Pesan dari Timur (1985):

Kau mencipta malam, aku mencipa lampu yang meneranginya
Kau buat lempung, kubikin darinya cawan minuman
Kau bikin hutan liar, gunung dan padang rumputan
Kucipta kebun, taman, jalan-jalan, dan padang gembala
Kurubah racun berbisa jadi minuman segar
Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir

Puisi tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki peran penting dalam kehidupan ini. Kehidupan di dunia tidak akan berjalan tanpa adanya pergerakan manusia. Karena manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dengan anugerah akal serta kehendak kreatif sebagaimana yang Tuhan berikan. 

Baca Juga: Warisan Berharga Rene Descartes, Filsuf Pembuka Gerbang Rasionalitas Eropa

Lebih jauh, Iqbal mengejawantahkan konsepsi ini dalam filsafatnya tentang ego (khudi/sefl). Ego menjadi bagian terdalam manusia yang senantiasa merindukan ego yang lebih besar dan menjadi pusat semesta, yaitu Tuhan (khuda). Ego inilah yang terus mendorong manusia untuk bergerak aktif dan dinamis menuju Tuhan. Hingga pada puncaknya, dalam istilah Iqbal, berhasil menjadi manusia paripurna (insan kamil).

Mahfud Al-Buchori

Reactions

Post a Comment

1 Comments

  1. It pays more for 4 of a kind wins with the addition of 'kickers'. The return is roughly 100 percent when a basic technique is used, which makes for an attention-grabbing free play sport to hone your technique. Free games are fantastic for these looking for pure entertainment. With no sign-up, registration or deposits required, it’s easy to see why free video poker is well-liked. However, if you’re looking for the ultimate word|the final word} thrill of profitable some 점보카지노 money, make sure you|ensure you|be certain to} know the professionals and cons.

    ReplyDelete