Ticker

6/recent/ticker-posts

Paradigma dalam Penelitian


ilustrasi paradigma penelitian

SEBELUMNYA istilah paradigma pernah disinggung sejumlah filsuf, salah satunya Thomas Khus dalam bukunya berjudul The Structure of Scientific Revolution. Menurutnya paradigma ialah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Khun mendefinisikannya sebagai apa yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang harus dimunculkan, bagaimana merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam mengintepretasikan jawaban. Paradigma adalah konsensus terluas dalam dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah dengan komunitas lainnya. Paradigma berkaitan dengan  pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta instrumen yang tercakup di dalamnya.

Sementara dalam konteks penelitian, paradigma ini mengacu pada rumusan Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln dalam buku berjudul Paradigmatic Controversies Contradictions, and Emerging Confluences, Dia membagi paradigma menjadi empat, meliputi positivisme, postpositivisme, paradigma kritis, dan konstruktivisme. Sementara di sisi lain, Guba dan Lincoln juga meninjaunya menggunakan aksioma atau keyakinan dasar yang meluputi ranah ontologi, epistemologi, dan metodologis. Aksioma ini nantinya digunakan untuk melihat bagaimana sifat paradigma dan apa yang membedakan antara paradigma positivisme, postpositivisme, paradigma kritis, dan konstruktivisme. 

Baca Juga: 4 Tradisi dan Perkembangan Teori Komunikasi Massa

Lebih lanjut ontologi mencakup segala bentuk dan sifat dari suatu realitas dan apa saja hal yang dapat diketahui tentang realitas tersebut. Sementara epistemologi yaitu meliputi relasi antara objek penelitian dan orang yang mencari tahu suatu tentang suatu realitas. Adapun metodologi yakni suatu proses di mana peneliti bisa mendapatkan jawaban atas apa saja yang ingin dan diyakini dapat ia ketahui. Selanjutnya Guba dan Lincoln pada bagian buku tersebut juga menyebutkan bagaimana ciri khas keempat paradigma penelitian tersebut jika ditinjau secara ontologis, epistemologis, dan metodologis. 

Pertama, paradigma positivisme ditinjau dari ranah ontologis, realitas bersifat naif namun realitas dapat dipahami dan ditangani. Makna dari suatu pesan media yang disampaikan oleh pengirim sama dengan makna yang dipahami oleh penerima pesan. Jika dilihat dari epistemologi, paradigma ini bersifat objektif, berbagai temuan dalam penelitian diangap sebagai hal yang benar. Adapun metodologinya, paradigma positivisme mengharuskan peneliti melakukan eksperimen dan verifikasi hipotesis. 

Baca Juga: 7 Tradisi Teori Komunikasi Massa, Mulai dari Semiotika Hingga Retorika

Kedua, paradigma post positivisme secara ontologi pendeatan ini bersifat realisme kritis yang memandang bahwa realitas memang dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, universal, general, akan tetapi mustahil bila sesuatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti) dengan mengambil jarak pada objek penelitian. Secara epistemologis, hubungan antara peneliti dengan objek atau realitas tidaklah bisa dipisahkan seperti pada pendekatan positivesme. Hubungan antara peneliti dan objek penelitian harus interaktif, keduanya tidak ada jarak. Sehingga dari hal tersebut metodologi dilakukan dengan pendekatan eksperimental melalui meode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti, dan teori. 

Ketiga, paradigma kritis memandang realitas tidak terbentuk dengan sendirinya, namun juga ada sisi historical-nya. Realitas yang terjadi hari ini dibentuk oleh nilai-nilai sosial, politik, budaya, ekonomik, etnis dan gender, dan ideologi lainnya yang dominan. Dari ranah ontologis, teori kritis mencoba menilai objek atau realitas secara kritis yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Secara epistemologis, peneliti tidak dapa dipisahkan dengan objek dan memiliki relasi dan interaksi yang dalam. Subjektivitas menjadi ciri khas dalam paradigma ini. Nilai-nilai yang diikuti oleh peneliti turut mempengaruhi kebenaran atas realitas tersebut. Maka dalam metodologinya, paradigma ini berupaya memecahkan masalah dengan metode dialogis atau dialektika. 

Paradigma keempat, konstruktivisme memandang bahwa realitas merupakan konstruksi mental yang berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik serta tergantung pada orang yang melakukannya. Maka jika dilihat secara ontologis, suatu realitas yang diamati seseorang tidak bisa disamakan dengan semua orang. Adapun secara epistemologis, peneliti dan objek penelitian menjadi sattu kesatuan yang tidak dipisahkan. Sehingga hasil interaksi keduanya ini membuat peneliti menggunakan cara pandang subjektif dalam memahami suatuu realitas. Adapun secara metodologis, paradigma ini mencari jawaban dengan observasi dan menangkap  fenomena alam secara menyeluruh tanpa adanya campur tangan dan manipulasi peneliti. Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu hermeneutik dan dialektika yang difokuskan pada konstruksi, rekonstruksi dan elaborasi suatu proses sosial.

Baca Juga: Konsep Mediatisasi dalam Kajian Ilmu Komunikasi

John W Creswell dalam bukunya berjudul Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi langkah-langkah berupa dari asumsi asumsi luas hingga metode-metode terperinci dalam pengumpulan, analisis dan interprestasi data. Menurutnya, dalam melakukan proses penelitian, desain penelitian menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan. 

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang dibuat untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian. Menurut Cresswell, desain penelitian mendefinisikan jenis penelitian yang meliputi deskriptif, korelasional, semi-eksperimental, eksperimental, review, meta-analitik dan subtipe (misalnya studi kasus deskriptif-longitudinal ). Selain itu juga menjelaskan masalah penelitian , hipotesis, variabel independen, dan dependen, desain eksperimental. Serta metode pengumpulan data dan rencana analisis statistik. 

Secara metodologi, Creswell membagi penelitian menjadi tiga jenis, yaitu penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran. Penelitian kualitatif didasarkan pada bentuk dengan kata-kata dan pertanyaan terbuka (hipotesis kualitatif). Penelitian kuantitatif menggunakan angka dan pertanyaan tertutup (hipotesis kuantitatif). Perbedaan dari keduanya yaitu terletak pada asumsi dasar filosofis . Yakni strategi eksperimen dan pengumpulan data berupa instrumen yang digunakan untuk kuantitatif dan strategi penelitian lapangan melalui observasi untuk kualitatif.  Metode penelitian campuran menggabungkan pendekatan dari kedua penelitian tersebut. 

Baca Juga: Pemikiran James Carey Tentang Ritual Komunikasi

Di samping itu, dari sisi paradigma, Creswell berbeda dengan Guba dan Yvonna S. Lincoln. Dia menyebutkan empat paradigma tersebut meliputi post-positivisme, konstruktivisme, advokasi/partisipasi dan pragmatisme. Paradigma positivisme disajikan dalam bentuk penelitian eksperimen yang kebenarannya lebih sering dikaitkan dengan penelitian kuantitatif, mengidentifikasi   faktor penyebab, dan mempengaruhi hasil. 

Lalu konstruktivisme sosial, di mana paradigma ini pada umumnya dianggap sebagai   pendekatan penelitian kualitatif di mana pertanyaan diajukan untuk memungkinkan peneliti mengkonstruksi makna situasi. Semakin terbuka pertanyaannya, maka akan semakin baik. Dalam paradigma konstruktivisme, tujuan utama peneliti melakukan penelitian yaitu mencoba menguraikan atau menginterpretasikan makna yang dimiliki orang lain untuk masalah peneliti 

Ketiga, paradigma advokasi atau partisipasi yang secara sudut pandang digunakan dalam penelitian kualitatif. Meskipun begitu juga menjadi dasar penelitian kuantitatif. Pemahaman  ini dapat mengubah kehidupan partisipan atau kehidupan peneliti sendiri. Keempat, paradigma pragmatisme. Pandangan tersebut muncul dari tindakan, situasi, dan konsekuensi yang sudah ada jauh sebelumnya, bukan dari kondisi sebelumnya Pandangan tersebut didasarkan pada penerapan dan pemecahan masalah yang ada dan menitikberatkan pada metode yang menekankan pada pemecahan masalah, menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang ingin diteliti.

Sumber Referensi: 
John W Creswell. 2014. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Thousand Oaks: SAGE Publications
Thomas Kuhn. 2012. The Structure of Scientific Revolutions. University of Chicago Press

Reactions

Post a Comment

0 Comments