Gambar: Tempo.co |
VIRUS CORONA (Covid-19) yang semakin hari semakin memakan banyak korban mengakibatkan menurunnya perekonomian masyarakat. Bukan sampai di situ, bidang pendidikan pun seakan mengalami kemrosotan, terutama pendidikan formal. Pendidikan yang semula mengandalkan tatap muka secara langsung, kini terhalang oleh ganasnya virus asal China ini. Walaupun mereka tetap belajar dengan media online, rasanya model pendidikan telah kehilangan ciri khasnya. Sehingga pemahaman siswa dalam mata pelajaran dapat dikatakan menurun.
Berbeda dengan sistem pendidikan di pondok pesantren. Pandemi bukanlah suatu penghalang belajar bagi mereka walaupun mereka bersekolah formal. Sistem tradisional yang dianutnya mewajibkan santri tetap belajar mendalami ilmu agama secara tatap muka, karena mereka berada pada satu atap yang biasanya jarang berinteraksi dengan lingkungan luar yang memungkinkan terjadinya penularan covid-19. Dalam hal ini pihak pesantren berkesempatan meningkatkan kualitas santri-santrinya. Mengapa? Ada beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai dampak positif covid-19 bagi pondok pesantren.
Pertama, santri memiliki lebih banyak waktu di pesantren. Setelah adanya kebijakan sekolah secara daring, secara otomatis mereka 24 jam penuh berada di dalam pesantren. Ini merupakan kesempatan emas mereka untuk mendalami ilmu-ilmu keagamaan mengingat jam sekolah secara daring lebih singkat daripada pembelajaran ketika masih normal.
Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kegiatan Beribadah
Selain itu santri juga dapat lebih maksimal dalam mengikuti kegiatan kepesantrenan. Inilah yang sesua dengan visi misi pesantren. Walaupun mereka disibukkan dengan kewajibannya bersekolah formal, mereka juga tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang pencari ilmu agama.
Kedua, santri dapat lebih melek teknologi. Santri yang dulunya sering diolok-olok karena minimnya pengetahuan tentang teknologo informasi, kini kewajiban daring bagi santri yang bersekolah menyebabkan terbukanya wawasan bagi mereka. Asalnya daring tentu harus menggunakan alat komunikasi seperti gawai atau laptop. Sehingga, selain dia berkewajiban belajar secara online, secara tidak langsung, sedikit demi sedikit para santri mulai mengenal teknologi canggih masa kini.
Ketiga, meminimalisir pelanggaran protokol kesehatan. Slogan “Di Rumah Saja” ini juga diterapkan di pondok pesantren. Dulu ketika kondisi normal, biasanya pihak pesantren memberikan kesempatan bagi santri untuk keluar akan tetapi dengan suatu lasan yang kuat, akan tetapi bagi beberapa anak yang notabene nakal, akan menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan berbagai macam pelanggaran seperti merokok, main ke warung internet atau Playstation, dan lain-lain.
Baca Juga: Problematika Pembelajaran Online di Masa Pandemi
Akan tetapi setelah masa pandemi, sebagian besar pondok pesantren melarang santrinya untuk keluar area pondok. Bahkan beberapa pesantren melarang untuk bertemu dengan orang tuanya. Hal ini menjadikan hilangnya peluang santri untuk melakukan pelanggaran karena kecil kemungkinan mereka melakukan pelanggaran keluar jika mereka hanya di lingkungan pesantren.
Itulah beberapa dampak positif akibat pandemi bagi pesantren. Janganlah kita terlarut dalam kerugian akibat bencana yang sedang kita alami. Renungkanlah segala sesuatu yang kita hadapi dan pastinya mengandung hikmah setelahnya.
Penulis: M. Bahriyan Asy-Syafii, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Walisongo Semarang
0 Comments