Ticker

6/recent/ticker-posts

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Berikan Edukasi Keagamaan Lewat Kajian Kitab


Semarang, DARUS.ID - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler ke- 76 UIN Walisongo memberikan edukasi keagamaan lewat kajian kitab kuning untuk mahasantri putri Pondok Pesantren Bina Insani Semarang. Kitab yang dikaji yaitu Tadhib matan dari kitab Al- Goyah wa At-Taqrib karya dari Musthofa Dhib Al-Bugho.

Mahasiswa KKN UIN Walisongo, Ahmad Rizqinal Mubarok mengatakan, kajian kitab ini dilakukan rutin setiap hari Rabu malam pukul 20.00 WIB secara virtual menggunakan Google Meet. Adapun durasi waktunya sekitar satu jam yang meliputi penyampaian materi serta sesi tanya jawab. 

"Kajian kitab kuning online ini khusus untuk mahasantri putri Pondok Pesantren Bina Insani, sebenarnya sebelum Pandemi menyerang pelaksanannya offline dan biasanya saya yang datang ke pondok putri. Kajian kitab-kitab seperti nahwu, shorof dan fiqih ini perlu sekiranya diajarkan kembali di pondok-pondok yang berbasis mahasiswa. Mengingat tidak dari mereka semua merupakan jebolan pondok pesantren dulunya, jadi pembahasan kajian biasanya kita mulai dari yang dasar-dasar terlebih dahulu," katanya. 

Baca Juga: Masuki Bulan Ramadan, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Bagikan Jadwal Imsakiyah

Rizqi melanjutkan, kajian online ini termasuk program kerja individu dalam bidang pendidikan dan agama yang bertujuan memberikan pemahaman tentang keagamaan, khususnya masalah fiqih. Menurutnya, pemahaman tentang dasar-dasar agama dan tata cara beribadah sangatlah penting. Apalagi bagi perempuan yang memiliki peran sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. 

"Supaya nanti kelak kalau mereka menjadi seorang ibu rumah tangga dan ditanya hukum oleh anaknya mereka ini minimal bisa menjawab dengan sederhana terlebih dahulu kemudian kalau belum begitu tahu bisa ditanyakan kepada suaminya," kata mahasiswa asal Madiun itu.

Ia mengatakan, alasan mengajar kitab kuning yakni untuk mengamalkan ilmu yang pernah ia pelajari sewaktu di pesantren dulu. Karena menurutnya, sebuah ilmu akan hilang dan tidak bermanfaat apabila tidak diamalkan kepada orang lain. Prinsipnya yakni, bukan waktunya memikirkan pantas atau tidak dalam mengajar, tetapi bagaimana caranya memantaskan diri. 

Baca Juga: Beasiswa Djarum Plus 2021 Dibuka, Cek Syaratnya di Sini

Sementara itu, Fitria Soefiyani, mahasantri putri  Pondok Pesantren Bina Insani menilai, kajian fiqih ini sangatlah penting. Meskipun ia dulu pernah belajar, tetapi baginya, pengetahuan harus tetap di-upgrade. 

"Kalo aku sendiri emang masih kurang banget ilmunya dalam bidang fiqih, pernah belajar fiqih juga, tapi kalo ngga diingatkan dan ngga dipake ya bakal lupa ilmunya. Jadi dengan ikut kajian fiqih ini sebagai pengingat, pegangan, dan pedoman aku khususnya dalam beribadah," katanya.

[Rep. Rizqinal/ Red. Mahfud]

Reactions

Post a Comment

0 Comments