Ticker

6/recent/ticker-posts

Sejarah Kelahiran Filsafat dan Biografi Filsuf Yunani Kuno

SEBELUM filsafat lahir, muncul berbagai mitos tentang kelahiran filsafat. Berbagai mitos berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Mereka percaya bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).

Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir ini kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.  

Baca Juga: Biografi dan Pemikiran Filsafat Plato

Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir. Pertama, bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mistos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpherus, dan lain-lain.

Kedua, Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang di dalamnya mengandung nilai-nilai edukatif. Ketiga, Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif. 

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Pada zaman Yunani ini terbagi menjadi dua periode, yaitu: periode Yunani Kuno dan Periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophones dan Democritos). Sedangkan pada Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.

Baca Juga: Sejarah Singkat Perkembangan Filsafat (dari Yunani Kuno hingga Modern)

Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu. 


Biografi singkat filsuf Yunani Kuno

Thales (625-545 SM)

Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (seven wise men of greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philosophy. Juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Iona. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. 

Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi dari alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari dan adalah bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya. 

Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif). Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir).

Anaximandros (640-546 SM)

Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani. 

Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang Arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indera, akan tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to aperion, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abadi sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya dan sesuatu yang paling dalam. 


Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lipat dari tingginya.sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagat raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.

Pythagoas (572-497 SM)

Ia dilahirkan di pulau Samos, Ionia. Menurut Aristoxenos seoran murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. 
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the univese = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Pythagoras yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. 

Xenophanes (570-? SM)

Ia lahir di  Xolophone, Asia Kecil. Ketika berusia 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas keesaan Tuhan. Kritikan ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi. 

Heraclitos (535-475 SM)

Heraclitos lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophones, akan tetapi lebih tua. Pemikiran filsafatnya terkenal dengan “filsafat menjadi”. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Tentang pengetahuan pun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, dimana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum. 


Pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa setiap benda terdiri dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang saling bertolak belakang, walaupun demikian tetap membentuk kesatuan. Ia mempercayai bahwa arche (asas alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan, api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan megubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap, toh adanya api tetap ada, segala sesuatunya berasal dari api dan akan kembali ke api. 

Parmenides (540-475 SM)

Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Sesuatu yang tetap dan berlaku secara umum itu tidak dapat ditangkap melalui indera, akan tetapi dapat ditangkap lewat akal atau pikiran. Untuk memunculkan realitas tersebut hanya dengan berpikir. Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak akan mncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja sedang yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. 

Zeno (490-430 SM)

Zeno lahir di Elea, dan murid dari Permenides. Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesa dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya, kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah. 

Empedocles (490-435 SM)

Lahir di Akragos, pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagorean, Parmenides, dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik, dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides. Empedocles sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang hilang. Ia tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan indera.
 

Realitas tersusun oleh empat unsur, yaitu: api, udara, tanah, dan air. Kemudian, empat unsur tersebut digabungkan dengan unsur yang berlawanan. Sehingga penggabungan dari unsur-unsur yang berlawanan tersebut akan menghasilkan suatu benda dengan kekuatan yang sama, tidak berubah, dan walaupun dengan komposisi yang berbeda.

Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam semesta ini, yaitu: cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan, benci mengatur ke arah perceraian atau perubahan. Kedua unsur tersebut dapat meresap kemana saja. Proses penggabungan dan perceraian ini terjadi secara terus-menerus, tiada henti-hentinya.

Anaxagoras (499-20 SM)

Dilahirkan di kota Klazomenai, Ionia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena, di mana di kemudian hari Athena inilah menjadi pusat utama perkembangan filsafat Yunani sampai abad ke-2 SM. Ia pernah diajukan ke pengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang berpijar dan bulan adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan masyarakat pada saat itu. Atas jasa Pericles, ia dapat dilepaskan dan kemudian melarikan diri ke Lampsakos.

Pemikirannya, realitas bukanlah satu, akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga. Ia tidak sependapat dengan konsep ruang kosong, alasannya bagaimana dengan gerak atom-atom itu apabila tidak ada ruang kosong. Dan ruang yang kosong inilah yang menjadi syarat untuk bergeraknya atom-atom. Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya itu saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom-atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak (atom yang padat).


Ia mengemukakan pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan perceraian, maka Anaxagoras mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus. Nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Nus mengenal dan menguasai segala sesuatu. Oleh karena ajarannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal dengan adanya pembedaan antara yang jasmani dan yang rohani.

Democritos (460-370 SM)

Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah seperti: kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, puisi, musik, dan lain-lainnya. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang. Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil, sehingga indera kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal: bentuknya, urutannya, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas. 

(A.M)

Buku rujukan: Muzairi, Filsafat Umum: 2015 

Reactions

Post a Comment

0 Comments