Ticker

6/recent/ticker-posts

Kebahagiaan Tidak Bisa Dibeli (Resensi Novel Pada Senja yang Membawamu Pergi)


Judul:  Pada Senja yang Membawamu Pergi
Penulis:  Boy Candra
Penerbit:  Gagasmedia
Tahun terbit:  Cetakan Pertama, 2016
Jumlah Halaman:  viii+248 halaman
ISBN   :    978-979-780-864-8  

Para pencinta novel remaja pasti tidak asing dengan penulis yang bernama Boy Candra. Namanya kian melejit usai penjualan novel pertamanya yang laris di hati para pencinta novel.  Kehadiran Boy Candra dengan novel-novelnya yang bertemakan cinta mempunyai daya tarik tersendiri. Novel-novelnya banyak diminati oleh pembaca, terutama para remaja. Salah satunya yaitu novel yang berjudul Pada Senja yang Membawamu Pergi ini. 


“Uang bisa dicari, tapi kebahagiaan nggak pernah bisa dibeli,” dengan kalimat itulah Kaila selalu meyakinkan Gie bahwa cintanya memang benar-benar tulus. Novel ini menceritakan tentang perjalan hidup seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota Padang. Adalah Gian Arianto, mahasiswa yang berasal dari kampung, yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Dia menjalin hubungan dengan Kaila, mahasiswi yang berasal dari keluarga kaya raya. Sayang, hubungan yang dibangun lebih dari dua tahun itu harus berakhir dengan tragis. Keluarga Kaila tidak menyetujui hubungan mereka lantaran perbedaan ekonomi. 

Baca Juga: Menyingkap Misteri Corona dari Kacamata Agama

Di saat hati Gie hancur karena putus cinta dengan Kaila, sahabat-sahabatnya selalu memberikan semangat dan dukungan kepada Gie. Mereka adalah Putri, Randi, dan Andri. Kehadiran mereka menumbuhkan energi baru di kehidupan Gie. Mereka memang seperti layaknya saudara. Keempat sahabat tersebut mempunyai kebiasaan  menghabiskan waktu senja di pantai.

Pada suatu hari di pemandian Tirta Alami, Sumatera Barat, Gie berkenalan dengan seorang gadis cantik yang bernama Aira. Ternyata, gadis itu belajar di universitas yang sama dengan Gie. Setelah perkenalan mereka berjalan lama, tumbuhlah benih-benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, mereka berdua tidak berani mengungkapkannya. Hingga pada saatnya Aira  memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Jepang. Pada saat itu Gie kembali bersedih karena ditinggal seseorang yang dia cintai. 

Baca Juga: Belajar Hidup dari Buku Filosofi Teras

Namun Gie mengatasi masalah tersebut dengan fokus menyelesaikan tugas skipsinya. Orang tuanya berpesan agar dia harus diwisuda tahun ini juga. Setelah wisuda, Gie kembali teringat dengan sosok Aira. Dia yakin bahwa Aira adalah perempuan yang tepat untuk mengisi hatinya. Maka berdasakan saran orangtua dan para sahabatnya, dia harus memperjuangkan cintanya. Suatu hari, dia menyusul Aira ke Sandai, Jepang. Dia tidak kuat menahan rindu yang semakin membara. Dia  harus mengungkapkan perasaannya. Dan akhirnya, mereka pun berhasil menjalin suatu hubungan di bawah naungan cinta. 

Novel ini memberikan banyak pelajaran dan motivasi kepada kita. Kita harus bekerja keras dalam memperjuangkan apa yang kita inginkan. Kita tidak boleh putus asa dan menyerah begitu saja apabila ada masalah yang menghadang. Justru, hal itu dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk lebih baik lagi dalam menjalankan hidup ini. Dan kita harus percaya sepenuh hati bahwa dengan semangat dan kerja keras, impian kita pasti terwujud. 

Selain itu, novel ini juga mengajarkan kita akan pentingnya persahabatan. Sahabat adalah orang yang selalu bersama kita dalam keadaan apapun, baik suka maupun duka. Sahabat juga tempat kita untuk berbagi. Artinya jika kita mempunyai masalah, kita  perlu menceritakannya kepada sahabat. Dan sahabat dengan senang hati pasti akan membantu.

Baca Juga: Chairil, Sastra, dan Nasionalisme

Novel ini cocok dibaca bagi para remaja yang sedang menikmati masa-masa indahnya, terutama anak SMA dan mahasiswa. Masalah yang dihadapi juga sama dalam kehidupan nyata. Novel ini mengajarkan untuk melupakan seseorang yang pernah membuat sakit hati dengan cara mengisi hari-hari dengan kegiatan yang positif. Dan  jangan sampai cinta menghambat pendidikan kita. 

Dari segi sampulnya, novel ini dapat menarik minat pembaca. Ilustrasinya tepat dengan isinya. Alur cerita dalam novel ini berbeda dengan novel-novel cinta yang lain. Jika novel lain terkesan cengeng dan ribet, justru dalam novel ini alurnya dibuat dengan sederhana. Sementara gaya bahasa yang digunakan juga tidak terlalu monoton dan tidak membosankan.  Di sini juga disajikan kutipan atau quotes singkat pada satu halaman penuh dan disertai dengan ilustrasi. Hal itulah yang menjadi keunggulan novel ini. 

Meskipun dari ketebalan kertasnya sudah tepat, namun ukuran kertas yang digunakan terbilang kecil. Sehingga ceritanya terkesan singkat. Selain itu, konflik yang ada di dalam cerita juga kurang memanas. Tapi secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Selain itu, novel ini juga  menghibur. Dari judulnya, mungkin pembaca akan menyimpulkan bahwa novel ini akan berakhir happy ending. Namun hal itu malah justru sebaliknya. Novel ini mempunyai kulaitas yang bagus dan patut diapresiasi.  

(A.M)

 


Reactions

Post a Comment

0 Comments