Ticker

6/recent/ticker-posts

Sejarah Kalender Hijriyah dalam Islam

Pada hari Selasa, 10 Agustus 2021 Masehi, umat Islam akan menyambut datangnya tahun baru hijriyah yang ke-1443. Momen tahun baru khusus umat Islam ini biasanya dimanfaatkan untuk membaca doa awal dan akhir tahun, serta memperbanyak amal ibadah. Hal ini karena tidak lain awal bulan tersebut, yakni Muharrom, termasuk bulan suci (haram).  

Namun, tahukah kamu, bagaimana sejarah dan latar belakang di balik terciptanya kalender hijriyah dalam Islam?

Khalifah Umar bin Khattab adalah sosok yang menginisiasi tersusunnya kalender hijriyah, tepatnya pada 638 Masehi. Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa terdapat dokumen surat-surat yang tertanggal Sya'ban, namun tidak diketahui, apakah Sya'ban yang dimaksud ini menunjuk tahun lalu atau tahun sekarang.

Sementara saat itu surat-menyurat antar wilayah kegubernuran dengan pemerintah pusat belum rapi sebab tidak punya pedoman penanggalan. Bahkan setiap daerah mencatat penanggalan dengan sistem kalender lokal yang sering berbeda-beda. 

Kemudian, khalifah Umar pun meminta para sahabat untuk berkumpul mendiskusikan bagaimana solusi dalam mengentaskan masalah penanggalan tersebut. Sebab, sejak dari Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sampai memasuki era kekhalifahan Abu Bakar, umat Islam belum memiliki sistem penanggalan khusus.

Empat tahun pertama pada kepemimpinan Umar bin Khattab sebenarnya belum ada sistem penanggalan yang dikenal sekarang sebagai tahun Hijriyah. Namun di sisi lain Umar mengakui, masalah administrrasi dan perbendaharaan negara semakin banyak, sehingga butuh sistem penanggalan yang jelas.

Setelah melalui proses diskusi panjang, seseorang mengusulkan agar tahun lahir atau tahun wafat Nabi Muhammad SAW menjadi titik awal penanggalan kalender Islam. Namun, pada akhirnya ditetapkan bahwa sistem penanggalannya dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Dengan satu konsekuensi, penanggalan kalender tersebut diberlakukan mundur 17 tahun. Itulah kemudian yang disebut dengan kalender Hijriyah. 

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad dipilih sebagai titik awal tahun Hijriyah karena peristiwa itu memiliki makna besar, karena berhasil mengembangkan dakwah dan ajarah Islam semakin pesat. Terlebih hijrah ke Madinah menjadi pengorbanan besar pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW beserta umatnya.

Sementara, nama-nama bulan yang masuk ke dalam sistem kalender Hijriyah telah berlaku sejak lama di kalangan kaum Quraisy pada masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghilangkan praktik interkalasi (Nasi'). Praktik tersebut memungkinkan mereka menambahkan bulan ke-13, atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari.

Karena itu pulalah, makna nama-nama bulan dalam kalender qomariyah yang digunakan bangsa Arab, beberapa di antaranya menunjukkan kondisi musim. Seperti bulan Rabi'ul Awal yang artinya musim semi yang pertama. Sedangkan Ramadhan berarti musim panas.

Kaum Quraish saat itu seringkali menyalahgunakan praktik nasi' dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penambahan hasil perniagaan yang didapatkan dari kehadiran jamaah haji pada musim yang sama di tiap tahun. 

Sehingga, dapat menimbulkan ketidakjelasan bilangan bulan tersebut. Hingga kemudian, turun firman Allah SWT yang melarang praktik itu.

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." (QS At-Taubah Ayat 36). 

(AM)

Reactions

Post a Comment

1 Comments

  1. good writing, very useful for all of us. I also want to share other information, please visit: Tips by UNAIR NEWS

    ReplyDelete