Ticker

6/recent/ticker-posts

Temukan Satu Buku untuk Suka Membaca

Ilustrasi: Paragram.id

Hai, namaku Doni, Doni Ardyansyah Pratama. Aku menjadi seorang mahasiswa baru di tahun 2020. Tahun di mana kelulusanku tak seperti kelulusan pada umumnya. Aku dan ribuan siswa kelas 12 SMA lainnya diluluskan dengan metode yang berbeda dengan kakak-kakak kelas kami, tepatnya pada saat itu terpaksa Ujian Nasional dihilangkan karena keadaan yang tidak memungkinkan dalam proses pelaksanaannya.

Ada kesedihan yang kurasakan, karena perpisahanku dan teman-teman pun tak ada perayaan apapun karena keadaan masih dirumahkan. Sejak virus corona berlabuh di tanah air sejak Maret lalu, sekolahku pun ikut menghentikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Alhasil UN yang harusnya dihilangkan mulai tahun depan, terpaksa tak dilaksanakan mulai tahun ini. Hal ini berlaku juga bagi agenda-agenda perpisahan yang sama sekali tidak ada.

Aku dan yang lainnya hanya mendapat bukti lulus secara online, serta selanjutnya diminta ke sekolah untuk mengambil berkas yang perlu dibawa oleh siswa. Saat ini walau semuanya dijalankan serba online, aku pun sudah mendapat tempat baru di mana aku akan berlabuh. 

Saat ini, aku memiliki hobi menulis. Beberapa tulisanku telah diterbitkan di media massa dan buku ber-ISBN. Padahal dulu bahkan menulis, membaca pun aku tak sanggup jika harus melewati lebih dari tiga halaman. Baik, biarkan aku bercerita bagaimana semuanya bisa berbalik 180 derajat.

*****
“Hai Key, mau ngambil raport ya,” sapa Doni yang tak sengaja bertemu di sekolah.

“Iya Don, lagian sekalian jalan-jalan. Aku bosen banget sumpah di rumah,” balas Key.

Orang yang kusapa itu biasa kupanggil Key, nama panjangnya Keisya Mila Cantika. By the way, bukan namanya aja yang cantik, tapi aku sungguh yakin orangnya pun cantik sama seperti namanya. Oh iya, Key adalah murid terpandai di kelasku. Hobinya baca dan juga tak jarang aku lihat dia lagi nulis puisi di bukunya, aku juga pernah diminta baca tapi males banget sumpah. Dia sebenarnya jarang bergaul, tapi kepadaku dia baik. Terkadang juga ngajarin aku dan support aku buat mau hobi baca dan nulis kayak dia. Padahal aku anti banget baca-baca. Bacaanku biasanya tak lebih dari buku-buku pelajaran, tapi semenjak jadi sahabat dekatnya di kelas 12 dia sering memintaku membaca, meski selama kelas 12 itu aku tetap saja belum bisa membaca hingga full satu buku. Satu buku bacaan novel pertama yang aku selesaikan adalah karya Tere Liye, Tentang Kamu. Itu terjadi setelah aku pulang ambil raport kami tak sengaja ketemu dan dia kembali melakukan kebiasaannya yaitu ‘rekomendasi buku padaku’ atau bisa dibilang sedikit memaksa. Semenjak itu aku jadi suka baca buku selain pelajaran.

“Eh, kamu juga mau ambil raport?” tanya Key.

“Iya Key, kebetulan ketemu kamu. Eh Abis ini kita keluar dulu yuk, ke cafe gitu lo. Bosen kan dari kemarin di rumah terus, aku juga sama,” jawabku sembari mengajak Key.

“Mmmm boleh deh, lagian aku udah safety banget kok, udah pake masker, sarung tangan, dan juga bawa hand sanitizer,” balasnya sambil menunjukkan beberapa peralatan kesehatannya.

“Ahh bagus deh, semenjak ada virus import dari China nii apa-apa jadi agak repot. Tapi ga papa deh, kita berdoa aja semoga cepet tuntas balik lagi normal. Oh iya, kita ke Due Cafe kaya biasa ya,”, sautku kepadanya.

“Oke komandan, traktir ya,” balasnya sambil cengengesan.

“Iya iya deh Key, besok kalo ke cafe lagi jatahnya kamu bayar ya”, jawabku sambil balas cengengesannya.

Setelah selesai mengambil raport asli beserta beberapa berkas lainnya, kami segera pergi menuju cafe yang biasa dikunjungi. Aku dengan motorku dan Key dengan motornya.

*****

“Kebiasaan, Bumiayu emang panas banget kalo siang gini, huh,” celetukku langsung disambar oleh Key.

“Udah deh ga usah banyak omong dulu, ayo masuk takut kursinya dah penuh nii.”

Key berbicara padaku sambil berjalan masuk ke cafe dan aku pun bergegas mengikuti tanpa ada balasan kata terlontar dari mulutku.

Kami duduk di meja 9, cukup jauh dari pintu. Meja ini adalah meja favorit kami semenjak kami mulai suka nongkrong di due cafe. Alasan terbaik memilih meja nomor 9 sebagai meja kesukaan adalah dekat dengan kipas angin. So, kami bisa ngademin diri dari terik panasnya Kota Bumiayu.

“Key, ngapain buka laptop? Yaelah kita kan di sini mau makan, ngobrol gitu. Kok belajar sii,” protesku karena Key membuka laptop kesayangannya setelah selesai memesan makanan.

“Hehe biarin sii, ngisi sedikit waktu luang. Daripada aku cuma ngobrol sama kamu yang cukup mbosenin, mending aku sambil nulis yaa.” 

Jawabnya lugas dan benar si aku cukup mbosenin tapi aku ndak tahu kenapa Key bisa tahan berteman sama aku.

“Mmm, daripada kamu terus jadi orang mbosenin yang ga punya hobi, mending kamu mulai deh coba baca buku abis tu kalo dah sering baca mulai deh kamu coba nulis sesuatu,” Key kembali bicara dan memberi saran padaku.

“Hahh aku jadi duta shampo lain baca aja paling-paling 3 halaman udah ngantuk, apalagi disuruh nulis kaya kamu,” aku cukup tak habis pikir dengan temanku ini.

“Iya, serius deh. Mmm, coba kamu baca buku ini deh. Aku yakin pasti tiap kalimatnya bikin kamu pengin baca sampe selesai.” 

Key menyodorkan buku cukup tebal berjudul Tentang Kamu dan kulihat pengarangnya adalah Tere Liye. Tere Liye? Unik banget namanya, pikirku dalam benak dan kali ini tak kusampaikan pada Key.

“Boleh deh, coba kubaca dulu Key sini,” jawabku sedikit penasaran melihat nama unik pengarangnya.

Aku mulai membaca buku berjudul Tentang Kamu lembar demi lembar dan tak sadar makanan yang kami pesan sudah sampai di hadapan kami. Aku berhenti sejenak dan mulai sadar bahwa aku sudah membaca 20 halaman.

“Eh, kok aku bisa baca sampe 20 halaman, asyik juga ceritanya. Key bukunya kupinjem aja deh ya, tar kalo dah selesai kubalikin,” celetukku karena merasa menikmati ceritanya.

“Haha, tuhkan ketagihan. Ya udah bawa aja, buat sahabatku yang mbosenin ini biar jadi kutu buku kamu,” jawab Key sedikit meledekku.

“Ish ish, tadi suruh baca sekarang ngeledek, dasar”.

*****
Tiga hari berlalu, aku benar-benar menikmati cerita dalam buku karangan Tere Liye itu. Aku berhasil menyelesaikan membaca buku itu dalam waktu tiga hari. Wow, it’s amazing for me. Aku yang selama ini jarang banget baca buku, ternyata bisa juga menyelesaikan buku.

Sejak saat itu, aku mulai sering meminta rekomendasi buku pada Key, sahabatku. Aku benar-benar menjadi suka membaca karena menemukan value dari sebuah bacaan yang ketika kita membacanya akan menimbulkan imajinasi terhadap apa yang kita baca, dan itu lebih asyik daripada sekedar nonton film yang tentu sudah jelas gambaran ceritanya.

So, sejak aku banyak membaca aku mulai mencoba mengikuti jejak temanku, Key untuk menulis. Ternyata benar, untuk suka membaca kamu hanya perlu menemukan satu buku yang membuatmu suka membaca. Hingga kini, ketika aku kuliah di UIN Walisongo, aku masih selalu menyempatkan waktu untuk membaca dan juga mulai aktif menulis di beberapa media.

Penulis: Firman Hardianto
Founder kuresiboy.xyz dan freelance writter


Baca Juga Cerita Pendek Lainnya: 



Reactions

Post a Comment

0 Comments