Ticker

6/recent/ticker-posts

[Puisi] Perihal Rindu dan Puisi Lainnya Karya Lalik Kongkar

Foto ilustrasi: Pixabay

Perihal Rindu

Waktu sudah larut dan semakin malam
Hiruk-pikuknya juga telah mulai terpendam
Di antara dinding marun aku berbaring sendiri
Merebahkan penat dalam heningnya waktu

Menghitung hari demi hari yang telah pergi
Aku dan kamu yang terpisah jarak dan waktu
Di dalam dunia yang sama namun berbeda arahnya
Ada berbagai hal yang sedang kita rajut mimpinya

Yang kini belumlah menjadi satu
Menyempurnakannya menjadi sebuah cerita
Nyanyian dari surga
Di dalam diam sendiri yang aku renungi

Ada rindu yang tak biasa
Menyelimuti malamku yang sepi sendiri akanmu
Dalam lelahnya aku merangkai mimpi
Ada rindu yang tak biasa

Tentang imaji sebuah rasa
Rasa yang kan pertemukan aku dengan mimpimu
Rindu ini terus menyemangati
Menghangatkankun dalam setiap nadinya

Menggenggam hati ini tetap di tempatnya
Menunggu hingga saatmya tiba
Saat imajinya tiba mimpi kita terangkai indah di dalamnya
Menjadi satu dalam ikatan cerita cinta

Yah… masihku menunggumu di sini
Menghitung hari demi hari yang aku lewati
Tak ingin aku sirna dari rindu ini
Rindu yang tak biasa kan terus ku jaga

Hingga nanti saatnya tiba
Ketika aku pulang dan memeluk erat tubuhmu
Melepas semua rindu yang aku punya di sana
Di sisimu yang tak akan pernah menjadi biasa

Cerita Malam

Kidung malam yang mengetuk tidak lagi terdengar
Samar iramanya pergi jauh meninggalkan semesta
Taik tersisa lagi bait-bait indah yang menjadi penyejuk dalam jiwa
Kosong, hampa terperangkap dalam ruang tak bersuara

Malam selalu saja punya cerita
Dalam balutan sepi yang jadi pendengar setia
Ia terisak berurai air mata
Meskipun pahit namun banyak hal tergambarkan di sana

Rasa sakit yang menggores nuraninya
Tak juga hilang meski banyak luka yang tersimpan
Tetap menganga menorehkan sejuta rasa

Jangan Tanya Lagi

Kesedihan hati melalui puisi
Puisi untuk hati yang sedih
Kembali semilir bayu senja
Yang pernah menggerai bahasa rindu

Kini meniti bayang ilusi merejas puisi pilu
Dalam desah nafas disetiap ejaan kataku
Dan sekujur rasa ingin bertandang
Meminta seruan hasrat dalam satu pandang

Saat kelopak senyum menantang
Namun tak apalah
Mungkin aku dapat mengusap ramah di jiwamu
Menghimpun selaksa riuh rindunya di bibir imaji asa

Dengan sebatas sapa yang terpaksa menyapa
Maka jangan tanya lagi
Bila sisanya tiada yang terisi

Adakah rasaku terbagi
Setealah senja lepas pergi
Terbalut dalam awan malam ini

Lalik Kongkar, pemerhati sosial minat kajian politik, sastra, dan filsafat
Reactions

Post a Comment

0 Comments