Foto: Pixabay |
Jalan Pikiran dan Lintas Penghabisan
Tak terasa kami di jalan ini
Jalan kebenaran yang dikemarikan
Menyuguhi kebajikan, kebahagiaan
Di setiap daerah
Gelar tersebar, berhamburan
Nama-nama, alamat, dan penghabisan
Serta-merta elok di rua penghijauan
Yang sejuk menggala
Kukuh nan mulia
Jalan kebenaran yang dikemarikan
Menyuguhi kebajikan, kebahagiaan
Di setiap daerah
Gelar tersebar, berhamburan
Nama-nama, alamat, dan penghabisan
Serta-merta elok di rua penghijauan
Yang sejuk menggala
Kukuh nan mulia
Di tengah perjalanan,
Kami bagai sepetak taman rumput,
Bunga-bunga Lavender dan mata air
Kami bagai sepetak taman rumput,
Bunga-bunga Lavender dan mata air
Rumput bagai kebenaran, yang akan terus tumbuh di hati tulus pencarinya
Lavender bagai perjuangan, yang selalu mekar melawan penindasan
Mata air bagai air surgawi yang menjadi hilir energi keberserahan Ilahi.
Lavender bagai perjuangan, yang selalu mekar melawan penindasan
Mata air bagai air surgawi yang menjadi hilir energi keberserahan Ilahi.
2023
Seperti Elang Menyongsong Angin
Ia bersewaka
dalam goa-goa sangkar
mematuk-katup hidup
menutup-maut hirup
dalam goa-goa sangkar
mematuk-katup hidup
menutup-maut hirup
Sementara diri tak sekuat sebentar
bulu-bulu menopang tubuh
tiba istirahatlah
sekujur badar
bulu-bulu menopang tubuh
tiba istirahatlah
sekujur badar
Barisan angin menyejukkan jiwa
cakrawala menembus angkasa
cakar-cakar! Paruh tumpul!
Gala-gala membikin lindung
cakrawala menembus angkasa
cakar-cakar! Paruh tumpul!
Gala-gala membikin lindung
Bergerak engkau, kembali!
Kepakan sayap, mata membidik lesat
siul-menyuar peringatan,
senyap lingkar mengerjap lawan
Kepakan sayap, mata membidik lesat
siul-menyuar peringatan,
senyap lingkar mengerjap lawan
Esok raja; berdikari
Terbang engkau, kembali
puluhan tahun bergumul penghidupan
pengembara asing maju keluar
dalam wujud baru
esok mangsa, tak bersisalak
Terbang engkau, kembali
puluhan tahun bergumul penghidupan
pengembara asing maju keluar
dalam wujud baru
Berlabuh engkau, lagi
seperti dulu-dulu bawa kekuatan
tapi bukan demikian kau semakin matang
bergolak melawan gerombolan
seperti dulu-dulu bawa kekuatan
tapi bukan demikian kau semakin matang
bergolak melawan gerombolan
Sendiri engkau, sendiri!
Pengelana kukuh tak risau kau hadapi
Pengelana kukuh tak risau kau hadapi
Engkau, sang raja angin!
Elang tempuh, tak bertelut!
Bawa makna kemenangan sejati
Elang tempuh, tak bertelut!
Bawa makna kemenangan sejati
Hidup air kau batur,
Hidup api kau kubur,
Hidup tanah kau lumpur,
Hidup angin kau atur.
Hidup api kau kubur,
Hidup tanah kau lumpur,
Hidup angin kau atur.
Engkau maha gerbang langit; engkau menerobos langit!
2023
Sanggam Kekasihku Rembulan
Mimpi itu, tangan memuncratkan darah
Mimpi kembali, lekap kelamin asmara
Mimpi beruntun, membuai dua saudara
Mimpi kemudian, beradu ke lumbung goa
Mimpi lalu, mendekap ranum pasrah
Mimpi kini berdiam padu sosok dara
Mimpi kembali, lekap kelamin asmara
Mimpi beruntun, membuai dua saudara
Mimpi kemudian, beradu ke lumbung goa
Mimpi lalu, mendekap ranum pasrah
Mimpi kini berdiam padu sosok dara
Dari Imajinasimu gelagapan pukul dua-dua
Dari Imajinasiku melambung lurus ke rampai bunga
Dari Imajinasiku melambung lurus ke rampai bunga
Mari peluk lagi keringat ranjang kita,
Mari bersetubuh api gejolak cinta.
Mari bersetubuh api gejolak cinta.
2023
Putih
Sudah lama rasanya aku mendekam kegelapan ini—terkantuk-kantuk, terbatuk-batuk,
mengutuk; harapanku.
Kala menatap ringkih gugusan lara, kala semakin tamak berjejal apa
mengutuk; harapanku.
Kala menatap ringkih gugusan lara, kala semakin tamak berjejal apa
Kemudian remang-remang menuju sinar, kemudian sekeliling terbias adu pandang
Putih!
bawakan aku sejumput tangis hingga sakit
Putih!
bawakan aku sejerat bengis hingga pahit
Putih!
bawakan aku, bawalah aku hinggap ke langit-langit
Biar kurasakan atap-atap hidupku, menunggu peraduanku
bawakan aku sejumput tangis hingga sakit
Putih!
bawakan aku sejerat bengis hingga pahit
Putih!
bawakan aku, bawalah aku hinggap ke langit-langit
Biar kurasakan atap-atap hidupku, menunggu peraduanku
Bertemu nasibku, kubayangkan hari ini
Bertemu matiku; kumandangkan pergi ini
Bertemu Tuhanku; layakkah aku ini?
Bertemu matiku; kumandangkan pergi ini
Bertemu Tuhanku; layakkah aku ini?
Bersih batin semoga kubawa
Suci beling semoga tak ternoda
Suci beling semoga tak ternoda
Putihkah aku, gelapkah aku?
Jalanku; biarlah engkau dituntun oleh-Mu
Jalanku; biarlah engkau dituntun oleh-Mu
2023
Rifqi Septian Dewantara, pegiat sastra asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998.
Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama.
Kini bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi
Septian Dewantara.
Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama.
Kini bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi
Septian Dewantara.
0 Comments