Ticker

6/recent/ticker-posts

Puisi-puisi Rifqi Septia Dewantara

Foto: Pixabay

Jalan Pikiran dan Lintas Penghabisan

Tak terasa kami di jalan ini
Jalan kebenaran yang dikemarikan
Menyuguhi kebajikan, kebahagiaan
Di setiap daerah
Gelar tersebar, berhamburan
Nama-nama, alamat, dan penghabisan
Serta-merta elok di rua penghijauan
Yang sejuk menggala
Kukuh nan mulia

Di tengah perjalanan,
Kami bagai sepetak taman rumput,
Bunga-bunga Lavender dan mata air

Rumput bagai kebenaran, yang akan terus tumbuh di hati tulus pencarinya
Lavender bagai perjuangan, yang selalu mekar melawan penindasan
Mata air bagai air surgawi yang menjadi hilir energi keberserahan Ilahi.

2023

Seperti Elang Menyongsong Angin

Ia bersewaka
dalam goa-goa sangkar
mematuk-katup hidup
menutup-maut hirup

Sementara diri tak sekuat sebentar
bulu-bulu menopang tubuh
tiba istirahatlah
sekujur badar

Barisan angin menyejukkan jiwa
cakrawala menembus angkasa
cakar-cakar! Paruh tumpul!
Gala-gala membikin lindung

Bergerak engkau, kembali!
Kepakan sayap, mata membidik lesat
siul-menyuar peringatan,
senyap lingkar mengerjap lawan

Esok raja; berdikari
esok mangsa, tak bersisalak

Terbang engkau, kembali
puluhan tahun bergumul penghidupan
pengembara asing maju keluar
dalam wujud baru

Berlabuh engkau, lagi
seperti dulu-dulu bawa kekuatan
tapi bukan demikian kau semakin matang
bergolak melawan gerombolan

Sendiri engkau, sendiri!
Pengelana kukuh tak risau kau hadapi

Engkau, sang raja angin!
Elang tempuh, tak bertelut!
Bawa makna kemenangan sejati

Hidup air kau batur,
Hidup api kau kubur,
Hidup tanah kau lumpur,
Hidup angin kau atur.

Engkau maha gerbang langit; engkau menerobos langit!

2023

Sanggam Kekasihku Rembulan

Mimpi itu, tangan memuncratkan darah
Mimpi kembali, lekap kelamin asmara
Mimpi beruntun, membuai dua saudara
Mimpi kemudian, beradu ke lumbung goa
Mimpi lalu, mendekap ranum pasrah
Mimpi kini berdiam padu sosok dara

Dari Imajinasimu gelagapan pukul dua-dua
Dari Imajinasiku melambung lurus ke rampai bunga

Mari peluk lagi keringat ranjang kita,
Mari bersetubuh api gejolak cinta.

2023

Putih

Sudah lama rasanya aku mendekam kegelapan ini—terkantuk-kantuk, terbatuk-batuk,
mengutuk; harapanku.
Kala menatap ringkih gugusan lara, kala semakin tamak berjejal apa

Kemudian remang-remang menuju sinar, kemudian sekeliling terbias adu pandang

Putih!
bawakan aku sejumput tangis hingga sakit
Putih!
bawakan aku sejerat bengis hingga pahit
Putih!
bawakan aku, bawalah aku hinggap ke langit-langit
Biar kurasakan atap-atap hidupku, menunggu peraduanku

Bertemu nasibku, kubayangkan hari ini
Bertemu matiku; kumandangkan pergi ini
Bertemu Tuhanku; layakkah aku ini?

Bersih batin semoga kubawa
Suci beling semoga tak ternoda

Putihkah aku, gelapkah aku?
Jalanku; biarlah engkau dituntun oleh-Mu

2023

Rifqi Septian Dewantara, pegiat sastra asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998.
Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama.
Kini bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi
Septian Dewantara.
Reactions

Post a Comment

0 Comments