Ticker

6/recent/ticker-posts

Akhir Perjalanan AI

Ilustrasi: perjalanan AI

BERAWAL pada pengembangan, berproses pada penggunaan, berakhir pada penghancuran, demikian singkat perjalanan atau alur kehadiran AI (Artificial Intellegence) atau kecerdasan buatan di dunia. Setara namanya, meski teknologi memiliki kecerdasan buatan  atau Artificial Intelligence, tidak ada diminta tanggung jawab berupa amal apakah baik atau buruk sebagai suatu benda independen layaknya manusia. Teknologi AI hanya benda mati yang akan rusak layaknya benda lainnya dan hanya akan berubah bentuk, meski zatnya tetap sama.

Teknologi dengan AI di dalamnya menjadi bermanfaat dalam penggunaannya oleh manusia, seperti alat komunikasi, alat kerja, alat gerak dalam kontrol tertentu. Penggunaan teknologi terbatas kebutuhan manusia. Kecerdasan di dalamnya adalah kecerdasan buatan dalam program, keterbatasannya menjadi identik dengan identitasnya sebagai kecerdasan buatan.

Kemajuan teknologi menunjukkan kemampuan dalam mengolah alam. Di sisi lain menyimpan kelemahan, satu sisi manusia nyata lemah sehingga membutuhkan alat bantu untuk melakukan sesuatu di luar kebiasaan (normal) manusia. Di sisi lain, keterbatasan teknologi menunjukkan kelemahan sebagai benda buatan menjadikannya dapat usang, rusak dan kebingungan dalam penggunaan teknologi menjadikannya akan ditinggalkan.

Persoalan muncul terhadap teknologi tatkala teknologi menjadi bahan yang tidak berguna, artinya tidak digunakan manusia. Teknologi diabaikan menjadikannya tidak bermanfaat secara esensial dan bagi manusia. Hal ini dapat terjadi lantaran kecenderungan manusia terhadap teknologi berubah atau berbeda lantaran beberapa faktor,

Pertama, bosan. Bukan manusia jika tidak pernah dilanda bosan terhadap teknologi. Sebagai barang/alat, manusia menuntut teknologi untuk selalu diperbaharui. Semakin barang tersebut mampu menarik perhatian dan menjadikan manusia meninggalkan barang (teknologi) lama. Hal ini sejalan dengan kebaharuan kecanggihan dengan standar fasilitas berupa kemudahan, tampilan serta fasilitas lain.

Kedua, usang. Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi memasuki masa perubahan. Sehingga barang yang dianggap usang tidak segan ditinggalkan. Ada saja manusia-manusia yang meninggalkan/tidak menggunakan barang yang selama ini digunakan hanya karena usang dan jauh dari kesan baru. Menjadi suatu fenomena orang beralih kepada penggunaan barang lain karena baru, lebih menyedihkannya lagi alasan usang hanya karena ada barang lain yang baru.

Ketiga, ekonomi. Tidak dapat dipungkiri terkadang perkembangan teknologi berkaitan dengan nilai ekonomi suatu barang. Bahkan terkadang perkembangan pasar berkait erat dengan pengembangan teknologi. Tidak jarang suatu perusahaan (khususnya pengembang) menyatakan bangkrut sehingga produksi barang (teknologi) menjadi terhenti dan harus tutup.

Keempat, kebutuhan. Manusia tidak membutuhkan teknologi lantaran teknologi dipandang justru dapat menjadi beban. Teknologi menghambat urusan-urusannya, bisa dalam bentuk memperlambat karena keterbatasan gerak (fungsi) teknologi atau alasan-alasan lain.

Kelima, larangan. Teknologi sebagai barang terlarang, bukan hanya sebatas peranannya sebagai alat, namun pada kehadirannya lantaran kondisi tertentu. Suatu keadaan menjadikan teknologi terlarang. Sebagai contoh, teknologi dilarang di lingkungan sekolah karena akan mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Contoh lain dalam suatu lingkungan masyarakat terdapat larangan penggunaan khususnya pengembangan teknologi. Terdapat alasan sehingga mempertahankan budaya lokal dipilih sebagai jalan hidup dengan antipati atau anti sama sekali terhadap sehingga perkembangan teknologi. Serta banyak contoh-contoh selain alasan ideologis dan atau faktor manusia/masyarakat berubah atau berbeda sikap terhadap teknologi.

Penulis: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil., penulis Lepas Yogyakarta

Reactions

Post a Comment

0 Comments