Ticker

6/recent/ticker-posts

Sepiring Bakso Pengiring Hujan

Pedagang bakso sedang melayani pembeli

RENCANA yang sudah saya siapkan hari ini gagal. Hujan lebat yang mengguyur Kota Semarang pukul 15.00 WIB terpaksa membuat perjalanan saya menuju ke kawasan Kauman berhenti di tengah jalan. Di tengah-tengah perjalanan, saya membelokkan motor menuju sebuah indomaret saat rintik-rintik air turun secara keroyokan. 

Tepatnya di Jalan Pindrikan Lor Semarang Tengah, saya berlindung di depan indomaret dengan kondisi pakaian yang sudah separuh basah. Di sini sekitar tujuh orang lainnya juga berteduh. Mereka duduk memandangi jalan di depannya dengan raut wajah cemas dan agak kecewa. Barangkali mereka juga bernasib sama, hujan menggagalkan rencana mereka.  

Air terus berjatuhan membasahi apa saja yang dilaluinya. Jalan raya, trotoar tanpa pedagang kaki lima, bangunan-bangunan megah serta pohon-pohon yang menari bersama hembusan angin. Sementara itu mobil dan motor saling kebut-kebutan di jalan menerabas hujan. Klakson berkali-kali dibunyikan dari tiap pengendara yang tidak terima didahului. 

Saya hanya baru menempuh setengah perjalanan. Hari ini saya berencana ke Kauman untuk meliput Toha Putra, toko buku dan kitab legendaris di Kota Semarang. Rencana itu terbersit saat pada hari sebelumnya (15/07/22), saya liputan di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang yang baru saja meresmikan wisata Kuliner Malam Kauman. 

Ketika berjalan melintasi toko itu, saya teringat buku dan kitab saya semasa kecil waktu belajar di pesantren. Hampir setiap buku maupun kitab di sampul belakangnya terdapat logo dan nama Toha Putra. Dan ternyata di sinilah pusat penjualannya. Saya ingin mengetahui bagaimana eksistensi toko tersebut di tengah tantangan zaman yang serba digital. 

Namun, rencana itu gagal. Niat hati bisa sampai di Kauman, perjalanan saya malah terhenti di tengah jalan karena hujan. Sudah lebih dari satu jam saya duduk di depan indomaret bersama orang lain yang tidak saya kenal. Sama-sama berteduh, sama-sama tidak berani menerabas hujan. 

Sementara itu meskipun jalanan sudah basah dan hujan semakin lebat, beberapa kendaraan tetap meramaikan jalan tersebut. Menerabas hujan dengan kecepatan penuh. Sorot lampu memecah dingin yang menusuk tubuh. Serta harap-harap cemas jika tidak sampai ke lokasi tujuan. 

Saya menengok arloji yang menunjukkan jarum pendek di angka setengah lima dan jarum panjang di angka 38. Sudah hampir dua jam saya duduk di sini tertahan situasi. Perhatian saya kemudian tertuju ke arah tukang bakso yang berada tiga meter sebelah kanan dari tempat saya duduk. 

Dengan mengenakan gerobak, pedagang bakso yang sudah di sana sebelum kedatangan saya tadi rupanya cukup ramai juga. Beberapa orang yang berteduh serta beberapa warga sekitar bahkan membelinya. 

Sembari menjunggu hujan yang belum juga reda, saya akhirnya memutuskan memesan bakso. "Pakai sambal gak Mas," tanyanya. Karena saya tidak suka pedas, saya menggelengkan kepala sambil memandang wajah bapak itu. 

Lalu bapak berusia lima puluh tahunan itu pun menyiapkan pesanan saya. Sepiring bakso pun datang mengiringi hujan. Mie, bakso bulat, dan pangsit tenggelam dalam kuah yang hangat. Saya pun menikmatinya dan sejenak melupakan hujan yang tak kunjung reda. Dan ternyata liputan yang sudah saya rencanakan akhirnya benar-benar gagal.

Reactions

Post a Comment

0 Comments