Ticker

6/recent/ticker-posts

Pengaruh Orientalis dalam Studi Islam

Pengaruh Orientalis dalam Studi Islam


STUDI ISLAM di Barat turut membentuk cara pandang sarjana-sarjana muslim lulusan universitas-universitas Barat terhadap Islam. Menurur Azyumardi Azra, ada dua pendekatan dalam mengkaji Islam, yaitu teologis dan sejarah agama-agama. Dari dua pendekatan itu, sejarah agamalah yang dominan dipakai oleh para pengkaji Islam di Barat berakar dalam beberapa disiplin tradisional.

Pertama, mereka yang berakar pada disiplin humaniora tradisional, mencakup fiologi, filsafat, sastra, dan sejarah. Kedua, berakar pada disiplin teologi, seperti sejarah kitab suci dan sejarah institusi-institusi agama. Ketiga, berakar pada ilmu-ilmu sosial, khususnya antropologi, bahasa dan psikologi. Dan keempat, berakar pada studi-studi kawasan yang menjadi satu titik tolak orientalisme yakni dunia Timur. 

Orientalis mengkaji Islam melalui pendekatan saintifik. Fenomena Islam dianalisis dengan teori ilmiah tertentu. Misalnya dengan pendekatan historis, sosiologis, psikologis dan sebagainya. Meskipun turut memberikan kontribusi dalam studi Islam, pendekatan tersebut menempatkan Islam sebagai fenomena empirik sensual, fenomena historik dan semata-mata kontekstual dengan mengabaikan segi tekstual sehingga menghilangkan bahkan menolak esensi Islam sebagai wahyu.

Azyumardi Azra menganalisis terdapat beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan terhadap studi yang dilakukan oleh orientalis. Pertama, kajian-kajian Barat terhadap Islam cenderung bersifat esensialis. Yakni menjelaskan seluruh fenomena masyarakat dan kebudayaan Islam. Contohnya, terdapat radikalisme kelompok-kelompok muslim tertentu di Timur Tengah, dipandang sebagai berlaku dan absah juga dalam masyarakat muslim di tempat lain.

Kedua kajian-kajian tentang Islam di Barat dimotivasi oleh kepentingan-kepentingan politis, dengan menciptakan citra yang tidak benar dan distortif tentang Islam dan masyarakat muslim.

Ketiga, kajian-kajian tentang Islam di Barat merupakan sebuah upaya untuk melestarikan kebenaran-kebenaran yang dicapai. Misalnya menggunakan kategori-kategori Marxis untuk menjelaskan perkembangan sejarah tertentu di kalangan kaum muslim, seraya menolak dan mengabaikan kategori-kategori Islam sendiri. 

Kajian tentang orientalis sudah memiliki akar tradisi yang cukup panjang di dunia akademik Barat. Namun orientalisme yang sudah berkembang berpuluh-puluh atau bahkan ratusan tahun cenderung dijadikan sebagai alat ideologis Barat untuk melakukan hegemoni dan imperialisme baru terhadap dunia Timur terutama dunia Islam. Hal ini telah menimbulkan stigma di kalangan umat Islam bahwa apapun yang dikatakan sarjana Barat tentang Islam lalu dicurigai.

Lebih dari itu, beberapa sarjana alumni IAIN yang mempeorleh kesempatan mengambil program lanjutan di perguruan tinggi Barat dalam bidang Islamic Studies ketika kembali ke tanah air seringkali dicurigai sebagai telah terpengaruh atau terkontaminasi oleh pemikiran orientalis. Karena citra orientalis yang dianggap tidak netral, maka banyak akademisi Barat yang mendalami Islam dan bergerak di dunia kampus lebih senang disebut sebagai Islamis, bukannya orientalis. 

Adanya orientalisme mengajarkan kita bagaimana kita berfikir kedepan dan kita dituntut untuk membentengi diri dari segala pengaruh bangsa Barat yang bisa dikatakan mereka adalah orang orang yang licik.

Referensi : 
Azyumardi Azra, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru

Reactions

Post a Comment

0 Comments