Ticker

6/recent/ticker-posts

Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam



UNTUK mengetahui kegunaan filsafat untuk apa, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal. Pertama, filsafat sebgai kumpulan teori. Kedua, filsafat sebagai pandangan hidup. Ketiga, filsafat sebagai metode pemecahan masalah.

Sejak awal kehadirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad adalah iqra' atau perintah untuk membaca. Jibril memerintah Muhammad untuk membaca dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Jadi, dari kata iqra' inilah, umat Islam diperintah untuk membaca yang kemudian lahir makna untuk memahami, mendalami, menelaah, menyampaikan, maupun mengetahui dengan dilandasi bismi rabbik, dalam arti, hasil-hasil bacaan dan pemahaman itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan. Al Qur’an dan hadits kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam spectrum yang seluas-luasnya.  

Ilmu harus terbuka pada konteknya, dan agama yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yaitu memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan hanya pada praksisnya atau kemudahan. 

Ilmu dalam sejarah tradisi Islam tidaklah berkembang pada arah yang tak terkendali, melainkan pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya. Kekuasaan manusia atas ilmu harus mendapat tempat yang utuh. Eksistensi ilmu bukan saja untuk mendesak pengetahuan, melainkan kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada Yang Maha Pencipta.    

Ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika. Jadi bukan hanya penggabungan ilmu dan agama saja. Akal digunakan dengan mengoperasionalkan otak, berusaha mencari kebenaran sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan masing-masing. Hal ini akan menimbulkan logika yang menjadikan manusia sebagai seorang intelektual atau ilmuwan. 

Dalam Islam, ilmu senantiasa didasarkan pada Al Qur'an agar tidak bebas nilai. Nilai dalam Islam tidak berdasarkan sesuatu adat dan budaya tetapi berdasarkan wahyu dan kehendak Allah. Melakukan yg wajib adalah diperintah oleh Allah dan disukaiNya sehingga mendapat ganjaran kebajikan. adapun jika melakukan yang haram dan dibenci oleh Allah maka pantas baginya balasan yang buruk.

Seorang ilmuwan muslim tidak hanya diharapkan berkata benar,namun juga baik,indah dan bernilai, misalnya jika seorang ilmuwan sekuler berkata bahwa untuk bebas dari penyakit kelamin harus memakai kondom jika berhubungan dengan pelacur, maka ilmuwan muslim berkata bahwa berhubungan dengan pelacur itu dilarang dalam islam. Contoh lain dari kebenaran akal yang tidak beretika moral misalnya menceraikan istri yang tidak dapat memberi anak, sistem perang atau jihad yang tidak berperikemanusiaan, menampar murid yang tidak bisa menjawab soal, dan lainnya.

Prinsip-prinsip semua ilmu dipandang oleh kaum muslimin berada dalam Al Qur'an, dan Al Qur'an dan hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan keutamaan menuntut ilmu, dan pencarian ilmu apapun pada akhirnya bermuara pada penegasan tauhid. 

Dalam perjalanan ilmu dalam dunia Islam, para ilmuwan Muslim berangkat dari membaca Al Qur'an dalam proses penemuannya, misalnya Abu Musa al Jabir ibn Hayyan , Muhammad ibn Musa al Khawarizmi, Tsabit ibn Qurrah , Ibn Sina, Al Farabi, Ibn Batutah, Ibn Khaldun ,dan masih banyak tokoh lainnya. 

Islam juga mengatur bagaimana seseorang mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah didapat. Pertama, harus tepat sasaran, dan bertujuan untuk kemaslahatan manusia sesuai dengan spirit syari’at Islam itu sendiri yang dibangun di atas azas maslahatsehingga ilmu pengetahuan menjadi sarat nilai dan tidak bebas nilai. 

Kedua, tidak digunakan dalam rangka melanggar syari’at Islam, sehingga merugikan orang lain, sebagaimana dikatakan: “Barang siapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah pula petunjuk Allah, niscaya ia semakin menjauh dari Allah.” Dan dalam hikmah Arab disebutkan: “Ilmu pengetahuan tanpa agama menjadi buta, dan agama tanpa ilmu pengetahuan menjadi lumpuh”.

Ketiga, ilmu pengetahuan bertujuan agar terciptanya kebaikan (islah) menuju kehidupan yang lebih baik, lebih berkualitas dan lebih bermakna. 

Reactions

Post a Comment

1 Comments

  1. Begitu besar perhatian Islam terhadap pengetauan, bahkan firman Allah pertama pun mengajarkan kita untuk mencari ilmu pengetahuan

    ReplyDelete