Ticker

6/recent/ticker-posts

Motif Orientalis dalam Studi Islam

Motif Orientalis dalam Studi Islam


ORIENTALISME tidak muncul ke permukaan begitu saja tanpa adanya motif-motif. Hal ini sudah direncanakan bangsa Barat untuk menghegemoni bangsa Timur. Dalam melakukan pengkajian terhadap dunia Timur, para orientalis tentu mempunyai motif tersendiri. 

Menurut As- Sibai, motif orientalis dalam mengkaji Islam adalah sebagai berikut: 

Agama 

Kita sudah tahu bahwa pertama kali bangsa Barat mengkaji ketimuran berdasarkan keterangan yang ditemukan adalah kalangan pendeta dan misionaris agama. Mereka sangat gigih untuk mengkaji ketimuran, bahkan sampai sekarang ini banyak di antara mereka yang masih mengkaji ketimuran. 

Dalam kajian Islam, mereka gigih mempelajarinya dengan tujuan untuk melakukan distorsi kebenaran yang datang dari dunia islam. Islam dianggap umat yang buas, suka mencuri, dan menumpahkan darah. Agama Islam menyuruh umatnya mencari kesenangan jasmaniyah dan menjauhi akhlak yang mulia. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengalihkan perhatian orang-orang Barat yang ragu dengan aqidahnya sendiri, sehingga mereka tidak sempat mengkritik aqidah dan kitab suci mereka sendiri.

Kekuasaan 

Berakhirnya perang salib yang dimenangkan oleh kaum muslimin tidak membuat putus asa bagi bangsa Barat untuk terus menguasai negara-negara Timur, khususnya negara-negara Islam. Mereka berupaya keras dengan segala cara agar dapat menundukkan negara yang mereka inginkan. Mereka upayakan demi memperoleh kekuasaan dan kejayaan dengan mempelajari negeri jajahan mereka masing-masing, baik dari segi akidah, adat istiadat, pola hidup, maupun peninggalan kebudayaannya. 

Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui titik-titik kekuatan kemudian dilemahkan lalu dihancurkan. Ketika mereka berhasil melakukan ekspansi militer dan kekuasaan politik lalu mereka melemahkan prinsip spiritual serta menanamkan keragu-raguan dan kekeacuan pikiran umat Islam. 

Tidak hanya itu, kebencian mereka terhadap kaum muslimin terus menggebu-gebu. Apalagi setelah kekalahan dalam Perang Salib. Mereka menginginkan umat islam berpecah belah, sebagaimana yang diutarakan oleh orientalis bernama Lawrance Brown, “Ketika umat Islam bersatu di zaman dinasti-dinasti Arab, ini menjadi ancaman bagi dunia lain meskipun belahan dunia lain memperoleh kenikmatan akan hadirnya peradaban Islam. Adapun jika mereka berpecah-belah, tentu ini tidak akan ada pengaruh apapun bahkan tidak berdaya”. 

Pendapat lain dilontarkan oleh Pastur Calhoun Simon. Ia mengatakan bahwa  keinginannya untuk memisahkan kaum muslimin dengan mengutip pendapatnya Brown, “Persatuan umat muslim itu merupakan harapan besar dan mampu melepaskan belenggu kekuasaan Eropa. 

Oleh karena itu misi ini begitu penting dalam mendobrak senjata pergerakan kaum muslimin. Karena misi (orientalis) ini untuk mewujudkan cahaya baru di Eropa, dan peniadaan pergerakan Islam inilah menjadi salah satu unsur pokoknya”. 

Ekonomi 

Salah satu usaha yang dilakukan oleh para orientalis adalah menjalin kerjasama dengan umat Islam. Tujuannya agar produk-produk dagangan mereka laku dijual dan mereka dapat membeli sumber daya alam yang berharga milik Islam. Selain itu mereka bertujuan mematikan pabrik-pabrik besar yang dimiliki oleh negara-negara Arab dan Islam. 

Para orientalis ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga mereka berupaya memperoleh bahan baku yang lebih murah dan menjualnya dengan harga yang tinggi di pasaran sehingga bisa merugikan perusahaan setempat. Mereka pun tidak tanggung-tanggung mengeruk kekayaan alam daerah jajahan.

Politik 

Motivasi politik mulai terlihat setelah kemerdekaan negara-negara Arab dan Islam melalui duta-duta besar yang mereka miliki. Di setiap kedutaan Barat yang ada di negara-negara Islam selalu memiliki sekretaris atau pakar kebudayaan yang pandai dalam bahasa Arab, sehingga mereka dengan mudah berinteraksi dengan para pemikir, politikus, maupun wartawan. 

Dengan demikian mereka bisa mengetahui pikiran para tokoh negara yang bersangkutan. Selain itu mereka memiliki pengaruh besar dalam memecah belah dunia Islam agar mereka dapat menguasai dan memperoleh kejayaan. Hubungan seperti itu sangatlah berbahaya karena dengan meneliti individu-individu para tokoh negara tersebut, mereka mencari sisi-sisi kelemahan para tokoh tersebut kemudian mereka melemahkan melalui strategi negara mereka.

Ilmiah 

Motivasi ini tidaklah dimiliki oleh seluruh golongan orientalis. Tetapi hanya dimiliki sebagian kecil golongan orientalis yang betul-betul ingin mengkaji kebudayaan, agama, dan bahasa setiap umat. Orientalis golongan ini meski dalam pemahaman Islam terdapat kesalahan, mereka tidak mempunyai maksud kesengajaan untuk menyeleweng, mereka objektif dalam pembahasan karena berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, bahkan diantara mereka ada yang masuk islam. 

Akan tetapi antara golongan yang mencintai keilmuan ada yang melenceng dan bersikap subyektif dalam memahami islam. Itu semua terjadi karena ada motif lain yang mereka emban, yakni melakukan tipu daya dan pendistorsian kebenaran. Bagi mereka yang memperoleh hidayah dari Allah, mereka dapat mengkajinya dengan penuh ikhlas tanpa disertai dengan hawa nafsu. 

(A.M)
Reactions

Post a Comment

0 Comments