Tidak dapat diragukan lagi bahwa tafsir telah melalui banyak periode sehingga sampai kepada corak dan bentuk yang sekarang ini, yang dituang di dalam berbagai kitab dan karangan. Ada yang sudah dicetak dan ada yang masih dalam bentuk tulisan tangan.
Tafsir Al-Qur’an telah tumbuh di masa Nabi Muhammad. Dan beliaulah penafsir awal (al-mufassir al awwal) terhadap kitab Allah. beliau menerangakan maksud-maksud yang diturunkan kepadanya. Sahabat- sahabat rasul yang mulia, tidak ada yang berani menafsirkan Al-Qur’an ketika Rasulullah masih hidup. Rasul sendirilah yang memikul tugas menafsirkan Al-qur’an.
Sesudah rasulullah wafat, barulah para sahabat yang alim yang mengetahui rahasia-rahasia Al-Qur’an dan yang mendapatkan petunjuk langsung dari nabi, merasa perlu untuk menerangkan apa yang mereka ketahui dan menjelaskan apa yang mereka pahami tentang maksud-maksud Al-Qur’an.
Setelah berlalu masa sahabat, maka tahap penafsiran Al-Qur’an memasuki masa tabi’in. masa ini diawali setelah berlalunya masa sahabat, yaitu dimulai dari generasi yang berguru dan menimba ilmu pada sahabat.
Ada beberapa karakteristik tafsir pada masa tabi’in. Pertama, mulai banyak dipengaruhi kisah-kisah Israiliyyat dan Nasraniyyat. Hal ini disebabkan karena tabi’in begitu mudahnya menrima informasi dari para ahli kitab tanpa melakukan seleksi dan kritik. Mereka mengambil riwayat dari ahli kitab yang masuk Islam seperti Abdullah bin Salam, Al- Ahbar, Wahab bin Munabbah, Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij.
Kedua, tafsir Al-Qur’an masih terikat dengan tradisi penerimaan dan riwayat sebagaimana masa nabi. Dan sahabat ahli Mekkah merujuk kepada Ibnu Abbas, ahli Madinah dari Ubay bin Ka’ab, dan ahli Irak dari Ibnu Mas’ud.
Ketiga, mulai muncul bamyak perbedaan madzhab yang diakibatkan oleh perbedaan dalam memaknai ayat Al-Qur’an. Terakhir, banyak perbedaan penafsiran terhadap pemahaman yang diperoleh dari para sahabat.
(A.M)
Referensi:
Mundhir, M.Ag, Studi Kitab Tafsir Klasik
0 Comments