Ticker

6/recent/ticker-posts

Sikap Penduduk Madinah Menyambut Kedatangan Nabi Muhammad


Begitu terdengar keberangkatan Nabi Muhammad berhijrah dari Makkah ke Madinah, maka kaum Anshor keluar dari rumah-rumahnya untuk menunggu kedatangan beliau. Mereka menunggu kedatangan Nabi setiap hari pada hari masih pagi. Jika panas sudah terik, mereka pun kembali pulang ke rumah masing-masing. 

Pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal tahun 14 kenabian yang bertepatan dengan 23 September 622 M, mereka keluar dari Madinah menuju Harrah seperti biasanya. Namun hari itu Nabi Muhammad SAW belum juga terlihat, sementara panasnya terik matahari mulai terasa. 

Maka mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Pada saat iring-iringan kaum Anshor kembali ke Madinah, seorang Yahudi terlihat sedang naik ke atas sebuah benteng yang paling tinggi di Madinah untuk suatu keperluan. Sesampainya di atas bangunan itu, tiba-tiba ia melihat Rasulullah dan bersama para sahabatnya dari kejauhan. 

Sontak ia berteriak seraya berkata, “Wahai bangsa Arab, lihatlah, pahlawan yang kalian tunggu-tunggu telah tiba.” Melihat hal itu, kaum muslimin Madinah segera mengangkat senjata dan keluar menuju Harrah lagi. Ternyata apa yang dikatakan Yahudi itu benar adanya. 

Mereka pun bertemu Rasulullah di balik bukit Harrah. Dan seketika itu terdengar takbir di perkampungan Bani Amru ibnu Auf. Lantas takbir itu disambut oleh orang-orang muslim yang lain dengan penuh suka cita atas kedatangan Rasulullah. Lalu berduyun-duyun untuk mulai berdatangan untuk bertemu dan menyambut beliau sebagai seorang nabi yang dinanti-nanti. 

Syahdan, beberapa orang dari kaum muslimin yang belum pernah melihat Rasulullah sebelumnya langsung menjawab dan menyalami Abu Bakar dengan hangat karena mengira Abu Bakar adalah Nabi Muhammad yang mereka tunggu-tunggu. Lalu tak lama kemudian, yaitu ketika panas matahari semakin menyengat, Abu Bakar berdiri dan melindungi nabi dengan sorbannya. 

Melihat hal itu, mereka yang tadinya melihat Abu Bakar adalah Rasulullah pun baru mengetahui Rasulullah yang sesungguhnya. Lalu mereka pun duduk berkeliling sekitar beliau dengan suka cita. Sesaat kemudian, sebuah ketenangan menyelimuti Rasulullah dan Allah menurunkan wahyu yang berbunyi: 

“Maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. [Q.S. At-Tahrim : 4]. 

Tak lama kemudian, serombongan kaum wanita, anak-anak remaja, dan budak-budak terlihat berjalan beriringan di jalan-jalan kota Madinah seraya berteriak, “Muhammad telah datang. Rasul Allah telah datang. Allahu Akbar. Muhammad telah datang.” Sementara itu, orang-orang yang menyambut kedatangan beliau seraya berkata: 

Telah terbit bulan purnama 
Dari kampung Tsaniyatil Wada’ 
Seharusnya kita bersyukur 
Ketika seseorang dai menyeru kepada Allah 

Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanan menuju kampung Quba yang berada di wilayah Bani Amru ibnu Auf dari kalangan suku Aus. Ia mengunjungi Kultsum ibn Hadam dan singgah di tempat itu selama empat belas malam. Selama kurun waktu itulah Rasulullah membangun pondasi Masjid Quba’, masjid pertama yang beliau bangun setelah hijrah ke Madinah.  

Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan kembali menuju Madinah atas perintah Allah. Beliau menunggang untanya sambil membonceng Abu Bakar di belakangnya. Lalu, beliau mengirim seorang utusan Bani Najjar untuk memberitahukan kedatangan beliau. 

Maka mereka pun datang menyandang pedang mereka untuk menyambut Rasulullah kemudian rombongan itu berjalan kea rah Madinah dan melaksanakan salat di perkampungan Bani Salim ibn Auf. Mereka salat Jumat di sebuah masjid yang terletak di tengah-tengah sebuah lembah. Pada saat itu, mereka berjumlah seratus orang laki-laki. Salat Jumat tersebut merupakan salat jumat pertama kalinya dilaksanakan di Madinah. 

Rasulullah SAW memasuki kota Madinah tepat setelah salat Jumat dengan penuh rasa bahagia dan suka cita. Apalagi, setiap kali beliau melewati sebuah perkampungan, para warganya selalu berhamburan keluar rumah dan kemudian berebut memegang tali kekang kendaraan beliau seraya berkata, “Marilah kami antar engkau menuju kekuatan, keselamatan, dan perlindungan. 

Rasulullah pun bersabda, “Berilah jalan unta ini, karena ia sedang menjalankan tugas.” Maka unta itu pun terus berjalan membawa beliau hingga sampai di sebuah tempat yang di atasnya terbangun megah masjid Nabawi. Lalu, unta beliau merundukkan tubuhnya. Namun belum sempat Rasulallah turun, ia sudah terlebih dahulu bangkit dan menggeser tubuhnya ke belakang. 

Setelah itu, ia menengok ke kanan-kiri dan kembali ke tempatnya berhenti semula dan merundukkan tubuhnya. Kemudian Rasulullah baru turun darinya. Peristiwa ini terjadi di perkampungan Bani Najjar, tepatnya di depan kediaman Abu Ayyub al- Anshari. 

Abu Ayyub al- Anshari pun segera menyambut rombongan Nabi Muhammad dan mempersilahkan beliau untuk masuk ke kediamannya. Maka Rasulullah bersabda, “Aku bersama rombonganku.” Maka Abu As’ad ibn Zurah-lah yang kemudian menampun para anggota rombongan Rasulullah.

Buku Rujukan:
Ahmad Musyafiq, Pengantar Sirah Nabawiyah

Reactions

Post a Comment

0 Comments