Ticker

6/recent/ticker-posts

3 Pembagian Najis dan Cara Menyucikannya


An-najasah (najis) adalah lawan dari thaharah yang berarti kesucian. Najis dalam bahasa Arab an-najasah bermakna kotoran, yaitu sesuatu yang menjadi kotor. Menurut istilah najis adalah segala kotoran yang menghalangi sahnya salat yang dikerjakan dalam keadaan tiada keringanan, atau kotoran yang menghalangi sahnya ibadah, sehingga najis wajib dihilangkan dan dibersihkan dari benda-benda yang di kenainya. 

Dalam pengertian lain, najis adalah kotoran yang harus dibersihkan oleh orang muslim dan mengharuskannya untuk mencuci segala sesuatu yang dikenainya. Najis dibagi menjadi tiga macam. 

Najis Mugholadhoh

Najis mugholadhoh (najis berat) yang disebabkan dari anjing dan babi. Cara menyucikannya adalah benda yang terkena najis disiram dengan air sebanyak 7 kali siraman dan salah satu dari siramannya dicampur dengan tanah yang suci. 

Najis Mukhafafah 

Najis mukhaffafah (ringan) adalah najis berupa air kencing anak laki-laki yang usianya belum ada 2 tahun, yang belum pernah makan apa-apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis ini cukup dengan mempercikkan air pada benda yang terkena najis (kencing tersebut). Adapun air kencing bagi perempuan yang belum pernah makan apa-apa kecuali air susu ibunya cara membersihkannya harus dibasuh sampai hilang warna, bau, dan rasa sebagaimana air kencing orang dewasa. 

Najis muthawasithah

Najis muthawasithah (sedang) adalah najis yang berupa darah, nanah, bangkai, binatang darat yang berdarah, muntah, arak, dan kotoran hewan. Najis mutawasithah ada 2 macam. Pertama  najis hukumiyah yaitu najis yang diyakini adanya, namun tidak ada bau, rasa maupun wujudnya seperti kencing yang sudah kering. Cara mensucikan cukup disiram air di atasnya

Kedua, najis ainiyah yaitu najis yang masih ada wujudnya, bau, ataupun rasa. Cara mensucikannya adalah dibasuh sampai hilang wujud, bau, maupun rasanya. Semua bangkai termasuk najis muthawasithah kecualu belalang dan ikan. 


Buku Rujukan: 
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah

Reactions

Post a Comment

0 Comments