Ticker

6/recent/ticker-posts

Tentang Sawah; Sawah Seharusnya Berubah atau Mengalah?

Sejak saya merantau dan sekolah di Jawa, sawah menjadi hal yang paling sering saya temui setiap harinya. Mulai dari tempat tinggal yang berdekatan dengan sawah, hingga jalan menuju sekolah yang dipinggirnya terpampang persawahan hijau yang tiap paginya menawarkan kesegaran. Meskipun ketika masa panen banyak kepulan asap yang digunakan untuk membakar jerami, tapi itu tidak seberapa jika dibandingkan segala keindahannya. 

Jika berbicara tentang sawah, tentu yang tergambar adalah sebidang tanah yang ditanami padi ataupun tanaman palawija. Dulu sawah seolah menjadi primadona yang jelas-jelas dapat menjadi tanggungan bagi hajat hidup orang banyak, terutama di daerah pedesaan. Tidak hanya itu, sawah juga memiliki sumbangan besar terhadap ketahanan pangan di negeri ini.

Hingga saat ini banyak hal menarik yang sebenarnya bisa kita dapatakan ketika berbicara tentang sawah dan segala permasalahannya. Salah satunya tentang eksistensi sawah pada masa kini. Apakah sawah akan terus ada hingga masa yang akan datang? 

Pasalnya ketika melihat kondisi sekarang, sawah tidak lagi menjadi hal menarik bagi anak-anak muda yang memiliki pendidikan tinggi. Sawah identik dengan pekerjaan bagi orang tua dan bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan sehingga menjadi buruh tani bagi sawah milik orang lain. Selain itu pekerjaan mengelola sawah dapat dikatakan merepotkan di era yang serba instan ini.

Jika kita mengetik kata kunci "sawah" melalui google atau search engine lain, pasti yang banyak muncul artikel-artikel seperti “Kafe di Tengah Sawah Destinasi Penyegaran Pikiran”. Topik seperti itu di internet lebih banyak dibandingkan membahas eksistensi sawah sebagai salah satu warisan budaya yang sangat vital perannya bagi kelangsungan pangan di Indonesia.

Dampak pergeseran zaman selain dari segi berkurangngya minat anak muda yang berpendidikan untuk ikut mengembangkan sawah, pertumbuhan industri serta pergeseran iklim juga ikut mempengaruhi keberlangsungan area persawahan di Indonesia. Sebut saja di desa tempat saya bersekolah, sudah banyak sawah yang beralih fungsi menjadi bangunan ruko ataupun pabrik-pabrik dengan skala kecil maupun besar. 

Mempertahankan sawah pada masa kini memang memiliki tantangan besar. Jika dihitung keuntungan antara mengurus sawah dengan mendirikan ruko bisa dibilang ruko memiliki peluang yang lebih besar. Terutama area persawahan yang berada di sekitaran jalan raya.

Dalam waktu dekat ini saya berbincang dengan pemilik sawah yang hendak mengubah sawahnya menjadi sebuah kompleks yang di dalamnya akan berdiri beberapa kios yang dapat disewakan karena menempati lokasi yang strategis. Dengan perhitungan ketika tanah seluas 0,0560 h dijadikan area persawahan hanya menghasilkan kurang lebih Rp. 7.000.000 dalam tiga bulan (hasil bersih). Dibandingkan dengan mendirikan ruko dan kios yang diproyeksikan dapat meraih kurang lebih Rp. 10.000.000 dalam sebulan. Selain itu yang menjadi pertimbangan dari sang pemilik tanah adalah biaya operasional serta perawatan sawah yang cukup mahal serta harga gabah ataupun beras sering mengalami naik-turun.

Dari berbagai uraian diatas memberikan gambaran bahwa pada masa kini dunia agraria harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Agar diminati, area persawahan hendaknya bisa mengadopsi berbagai hal seperti menambahkan sentuhan dan inovasi yang dapat menarik masyarakat. Seperti menjadikan sawah sebagai destinasi wisata dan mendirikan pondok-pondok atau kafe di sekitarnya. Kafe atau pondok dapat digunakan untuk bersantai ataupun untuk menjajakan menu makanan yang unggul. 

Nuansa keindahan kafe di tengah sawah ini mengingatkan kita tentang berbagai bidang dan aspek kehidupan. Beberapa contohnya yaitu sejarah, ekonomi, tata wilayah, lingkungan dan desain. Mengenai sejarah, kita semua tahu bahwa nenek moyang kita dulu menikmati kopi dan rokok paling nikmat dengan ditemani hembusan angin sejuk dan melihat pemandangan alam. Hal itu kita contoh dengan design yang lebih kekinian tanpa menghilangkan esensinya.

Selanjutnya bidang ekonomi, pembukaan tempat wisata di tengah sawah memberikan keseimbangan antara penikmat dan penyaji wisata. Pengelolaan yang sesuai dengan rencana serta kesepakatan mufakat akan melahirkan kemaslahatan. Kemudian bidang tata wilayah dan lingkungan menjadikan pertimbangan khusus sehingga keseluruhkan tempat wisata memberikan impact positif.

Gagasan pembukaan tempat wisata di persawahan hendaknya tetap memperhatikan esensi dari persawahan itu sendiri yaitu menghasilkan beras sebagai tonggak swadaya pangan bagi masyarakat. Selain itu gagasan pembukaan tempat wisata dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi anak muda untuk kembali menaruh perhatian terhadap sawah. Sehingga menjadi angin segar bagi keberlangsungan area persawahan yang ada di sekitarnya.

Penulis: Ilham Safaat, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Reactions

Post a Comment

0 Comments