Ticker

6/recent/ticker-posts

Peran Baitul Hikmah dalam Kemajuan Peradaban Islam

PADA MASA DINASTI ABBASIYAH, terdapat beberapa khalifah yang mempunyai pencapaian luar biasa. Pencapaian itu ditandai dengan majunya peradaban Islam. Puncak kemajuan ini berada pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid dan anaknya, Al-Makmun. Pada masa Harun Al Rasyid, Islam mengalami puncak kejayaannya dengan Baghdad sebagai pusatnya. Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari berbagai aspek seperti aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. 

Sehingga peradaban ini disebut sebagai “The Golden Age of Islam”,  atau masa keemasan Islam. Setelah Harun Al- Rasyid wafat, pemerintahan pun diteruskan Al- Makmun. Pada masa ini kejayaan Islam semakin berlanjut dengan ditandai majunya pendidikan dan intelektual. Dibangunnya Baitul Hikmah di Baghdad menjadikan pusat kajian keilmuan dan pengetahuan. Pada masa itu pula banyak muncul cendekiawan-cendekiawan muslim yang memiliki karya-karya besar yang berpengaruh dalam kemajuan peradaban Islam dan dunia. 

Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari peran Baitul Hikmah dalam kemajuan perdaban Islam. Baitul Hikmah dibangun pada masa pemerintahan Al- Makmun, namun embrionya sudah ada pada masa Harun Al Rasyid. Ada pula yang mengatakan bahwa Baitul Hikmah didirikan Harun Al Rasyid yang kemudian disempurnakan oleh putranya, Al- Makmun pada abad keempat. Baitul Hikmah berfungsi sebagai balai ilmu dan perpustakaan. 

Faktor Terbentuknya Baitul Hikmah

Motivasi utama berdirinya lembaga Baitul Hikmah boleh jadi memang kepentingan-kepentingan praktis, seperti kepentingan untuk menguasai ilmu kedokteran dan astronomi, tetapi juga sangat mungkin didorong oleh kepentingan prestise.Terlepas dari persoalan apa sebenarnya  yang menjadi motivasi utamanya, pembentukan lembaga Baitul Hikmah disebabkan oleh faktor-faktor objektif sebagai berikut:

Pertama, melimpahnya kekayaan negara dan tingginya apresiasi Khalifah Al-Makmun terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Telah diketahui secara luas secara luas bahwa Al-Makmun memang mempunyai selera pribadi (personal predillection) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, seperti filsafat, kedokteran, astronomi dan seni musik.

Baca Juga: Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam

Kedua, pada saat itu kawasan Irak (Mesopotamia) dan sekitarnya telah mempunyai tradisi keilmuan yang tinggi yang berasal dari warisan peradaban masa lampau. Di sana terdapat daerah-daerah kantong (enclaves) di mana ilmu-ilmu pengetahuan orang-orang kuno (ulum al awail) telah dipelajari secara turun-temurun. 

Warisan perdaban masa lampau ini masuk ke kawasan Persia, di antaranya dibawa oleh para imigran. Misalnya Kaum Nasrani dari mazhab Nestorias yang diusir Kaisar Bizantium dari Eddesa tahun 489. Disamping melalui para imigran, warisan peradaban kuno juga masuk ke kawasan Persia akibat interaksi dengan dunia luar selama berabad-abad. Karena kawasan Irak (Mesopotamia) memang telah mempunyai rentang sejarah yang tua.

Faktor selanjutnya yaitu adanya apresiasi yang tinggi kebanyakan anggota masyarakat terhadap kegiatan keilmuan. Sikap apresiatif ini menjadikan mereka bisa bekerja bahu-membahu satu sama lain tanpa mengalami beban psikologis yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, status sosial. Di sini profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka. Sehingga tidak mengherankan jika waktu itu, karena kualitasnya, orang-orang etnis non Arab dan non muslim banyak sekali perannya. Mereka bisa menjalankan tugas dengan tenang meskipun yang memerintahkan adalah seorang khalifah muslim.

Baca Juga: Sejarah Singkat Perkembangan Filsafat

Masa Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga mengalami kemajuan pesat.

Peran Baitul Hikmah


Peran Baitul Hikmah memang sangat besar dalam kemajuan peradaban Islam, yang melahirkan banyak ilmuan. Sejak semula, motif utama berdirinya lembaga Baitul Hikmah dimaksudkan untuk menggalakkan dan mengkoordinir kegiatan pencarian dan penerjemahan karya-karya klasik dari warisan intelektual Yunani, Persia, Mesir dan lain-lain ke dalam bahasa Arab, khususnya umat Islam.

Pesatnya perkembangan lembaga Baitul Hikmah mendorong lembaga ini untuk memperluas perannya, bukan saja sebagai lembaga penerjemahan, tetapi juga meliputi hal-hal lain. Pertama, sebagai pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuan bagi masyarakat, yang antara lain ditunjukkan dengan berdirinya banyak perpustakaan umum di kota Baghdad.

Kedua, sebagai pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan, sehingga semua perangkat risetnya juga dilengkapi observatorium astronomi. Ketiga, sebagai pusat kegiatan perencanaan dan koordinasi pelaksanaan pendidikan.

(A.M)

Reactions

Post a Comment

0 Comments