Ticker

6/recent/ticker-posts

Keberagaman Mata Pencaharian Warga Desa Nyatnyono


DESA NYATNYONO merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Semarang khususnya pada wilayah Kecamatan Ungaran Barat. Desa Nyatnyono  ini juga mempunyai tempat yang strategis dikarenakan desa tersebut pada bagian kaki Gunung Ungaran. Potensi sumber daya alam yang ada di desa tersebut sangat melimpah sehingga banyak sekali warga yang memanfaatkannya. sumber daya alam tersebut meliputi dari tanaman cengkeh, sayuran, kopi dan lain sebagainya.

Sebagian besar mayoritas masyarakat Desa Nyatnyono  adalah sebagai petani maupun buruh tani. Mereka biasanya melakukan hal tersebut karena sudah menjadi budaya turun temurun yang sudah ada sejak lama dari yang terdahulu. Aktivitas mereka dilakukan sering bekerja di kebun maupun hutan untuk menanam hingga memanen hasil tumbuhan. 

Para warga berangkat menuju ke kebun biasanya setelah waktu azan Subuh atau menjelang matahari terbit. Kemudian mereka biasanya pulang kerja pada sore hari, ada ciri khas sendiri dari mereka untuk menandakan saatnya waktu pulang.

Warga Nyatnyono yang berada di desa memberikan tanda waktu salat Ashar, seperti suara azan yang berarti masyarakat desa yang masih berada di kebun menunjukkan untuk pulang. Biasanya azan tersebut tidak tepat pada waktunya, sekitar pukul 16.00 WIB baru adzan berkumandang.

Desa Nyatnyono  dikenal dengan istilah desa religi karena desa tersebut mempunyai makam Waliyulloh yakni Mbah Hasan Mudan serta Mbah Hasan Dipuro. Kedua tokoh masyarakat Islam tersebut dipercaya sebagai salah satu tokoh yang menyebarkan ajaran agama islam yang berada di tanah Jawa. 

Kedua tokoh tersebut juga menurut sejarah hidup pada zaman wali, serta di sisi lain, pada Desa Nyatnyono  pula terdapat lokasi pemandian berupa sendang yang bernama Sendang Kalimah Toyyibah yang dipercaya merupakan peninggalan dari Mbah Hasan Munadi dan Mbah Hasan Dipuro.

Maka dari itu, banyak sekali peziarah maupun wisatawan dari berbagai kota di seluruh Indonesia mengunjungi Desa Nyatnyono . Tidak heran Desa Nyatnyono  selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah. Para pengunjung berkunjung ke Desa Nyatnyono  biasanya ada yang menggunakan kendaraan pribadi maupun bis pariwisata.

Selain sebagai petani dan buruh, ada profesi lain yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nyatnyono, seperti tukang ojek motor maupun mobil. Profesi tersebut merupakan mata pencaharian yang cukup khas bagi warga masyarakat sekitar. Hal tersebut masuk kedalam kearifan lokal masyarakat Desa Nyatnyono. 

Untuk peziarah yang memakai bus pariwisata biasanya diarahakan langsung oleh warga menggunakan ojek pangkalan setempat. Ojek tersebut terdiri dari ojek motor serta mobil. Dalam sekali perjalanan, ojek motor memasang tarif biaya bagi para peziarah sebesar Rp.15.000,00 dengan tujuan lokasi menuju ke makan serta sendang hingga kembali lagi ke terminal.

Sedangkan untuk ojek mobil dikenakan tarif biaya perorang sebesar Rp.15.000,00 yang mempunyai tujuan sama dengan ojek motor. Satu angkutan mobil biasanya berisikan 8 orang untuk sekali jalan. 

Dalam sistem pembagian waktu para ojek motor serta mobil mempunyai waktu masing-masing. Pada waktu pagi hari hingga sore hari biasanya digunakan oleh ojek mobil untuk beroperasi. Kemudian pada malam hari hingga waktu subuh para ojek motor yang bergantian beroperasi.

Namun tidak hanya profesi petani, buruh, dan tukang ojek, ada juga masyarakat desa yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang, kuli bangunan, serta karyawan pabrik. Masyarakat yang bekerja sebagai karyawan pabrik biasanya ditempatkan pada kawasan pabrik di daerah Lemah Abang hingga menuju Bergas serta Karangjati Kabupaten Ungaran. 

Selain itu, masyarakat yang berprofesi sebagai kuli bangunan biasanya bekerja ikut “borongan” proses pembangunan perumahan maupun menjadi tukang bangunan panggilan. Sehingga masuk dalam kategori Buruh Harian Lepas (BHL). Dimana sistem kerjanya tidak tetap dan tergantung panggilan orang.

Penulis: Muhammad Irvan Nurcahyo, Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang


Reactions

Post a Comment

0 Comments