Ticker

6/recent/ticker-posts

Pegiat Literasi Zudi Setiawan Bagikan Teknik Menulis Resensi Buku

Semarang, DARUS.ID – Program akademi riset dan kepenulisan Griya Riset Indonesia (GRI) telah memasuki sesi kedua dengan materi teknik menulis resensi buku. Kegiatan yang dilakukan pada hari Sabtu,(16/10/21) ini ditujukan untuk meningkatkan daya tulis yang masih minim di kalangan generasi muda. 

Program gerakan sosial yang dilaksanakan via daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan pegiat literasi Zudi Setiawan. Turut hadir pula Pendiri GRI, Ma’as Shobirin dan Co-Founder of HeyLaw, Andi Tri Haryono.

Zudi membagikan bagaimana teknik menulis resensi buku. Menurutnya, resensi adalah penilaian terhadap sebuah buku. Di dalamnya, diperlukan pengamatan dan penilaian secara objekrif untuk mengetahui kelayakan suatu buku.

“Resensi buku adalah proses membaca buku, kemudian kita mengulas. Meresensi tidak bisa lepas dari aktivitas membaca,” jelasnya. 

Zudi juga menjelaskan tentang bentuk-bentuk resensi buku. Ada beberapa bentuk resensi buku, di antaranya yaitu berupa ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga. Selain itu, ia juga memaparkan jenis resensi yang meliputi resensi informatif, resensi evaluatif, dan resensi informatif-evaluatif.

Dalam meresensi buku, penulis harus paham mengenai hal yang terkandung dalam struktur resensi buku. Struktur resensi buku memuat judul, data buku, isi dan penutup. Kemudian, Zudi melanjutkan penjelasan mengenai langkah-langkah meresensi buku.

Menurutnya, langkah yang harus diperhatikan adalah halaman kolofon, membuat judul yang menarik, menyiapkan paragraf awal yang menarik juga, menarasikan dengan bahasa dan kalimat yang mudah dipahami pada isi resensi, memberikan kesimpulan yang mengesankan. Langkah paling penting dalam meresensi buku adalah langsung bergerak menulis resensi buku.

Pada sesi tanya jawab, Eqtafa Berrasul Muhammad, salah seorang peserta asal Depok menyanyakan bagaimana urutan bentuk utama dalam meresensi buku dan apakah bentuk kritik dalam resensi buku boleh berisi perbandingan karya. 

Pria kelahiran Kudus itu menjawab, “tidak ada level bentuk utama dalam resensi buku, karena ini hanya bentuk. Untuk kritik dalam meresensi, boleh ada perbandingan karya selama yang dibandingkan adalah penulis yang sama dengan karya yang berbeda, atau berbeda penulis tetapi tema yang diusung sama.”

Sesi kedua program gerakan sosial akademi riset dan penulisan Griya Riset Indonesia (GRI) berjalan dengan khidmah dan lancar. Peserta diharap tetap menjaga semangat dan saling menjalin silaturrahim yang baik hingga akhir sesi. 

Reporter: Afifatun Ni'mah

Reactions

Post a Comment

0 Comments