Ticker

6/recent/ticker-posts

Serangan Mental yang Memblokade Pikiran Kita

KETIKA seseorang mendapatkan serangan mental seperti cemas, khawatir, stres, atau depresi, terkadang tidak dapat berpikir secara jernih. Kita sulit berkonsentrasi dan tidak bisa fokus memikirkan suatu masalah yang sedang dihadapi. 

Dalam kondisi ini, sebenarnya kita membutuhkan waktu untuk istirahat dan menenangkan pikiran sejenak. Namun usaha tersebut justru membuat kita semakin overthinking, pikiran jadi ke mana-mana, dan mengkhawatirkan hal buruk yang akan menimpa kita.

Berbagai pikiran negatif ketika sedang cemas atau depresi menunjukkan bahwa kita belum berpikir sama sekali. Bahkan pikiran itu tidak layak disebut sebagai pemikiran, melainkan penyakit.

Serangan mental berisi ketakutan, kebencian diri, dan keputusasaan yang menghalangi semua kemampuan yang kita miliki. Misalnya kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan pada dua kasus, meninjau sesuatu dari banyak sudut pandang, menyiapkan argumen dengan bijaksana, menilai bahaya dengan benar, membuat rencana masa depan secara realistis, serta mengetahui risiko dan peluang. Dan hal yang terpenting yaitu bersikap baik dan murah hati kepada diri sendiri.

Tidak satu pun dari kemampuan ini berfungsi ketika terkena serangan mental. Kita dituntut untuk terus berpikir seperti yang seharusnya dilakukan, tetapi kekhawatiran yang menyelimuti telah memblokade pikiran kita, sehingga sulit untuk memecahkan suatu masalah. Serangan mental ini telah mendorong kita untuk memasuki jurang yang curam. 

Kenyataannya ialah kita telah kehilangan kontrol sekitar sepertiga dari pikiran kita dan menyatukan ide-ide kita dalam kondisi down dan sulit berpikir jernih. Seolah ada sekelompok teroris mengenakan jas putih dan menyamar sebagai ilmuwan berpengaruh untuk menyusun serangkaian teori dan prediksi yang kejam.

Setelah kita melewati beberapa tahap pemikiran menyimpang dan memulihkan kontak dengan kenyataan, kita sudah selayaknya berdamai dengan diri sendiri dengan menerima bahwa kita akan kehilangan kontrol atas kemampuan kita yang lebih tinggi. Tidak perlu malu untuk mengiyakan masalah tersebut. Jadikanlah sebagai pijakan untuk berjalan dengan hati-hati. 

Mulailah menjadi pribadi yang lebih baik, dengan mendeteksi kapan serangan atau penyakit mental itu menyerang dan bagaimana bisa terjadi. Ketika itu terjadi pada kita, kita harus melakukan dan tidak memutuskan apa pun terlebih dahulu. Kita seyogyanya menghentikan segala aktivitas mental dan memilih beristirahat. Atau melakukan aktivitas lain yang dapat menenangkan pikiran, seperti mendengarkan musik, menonton film, jalan-jalan, menikmati alam dan lain-lain.

Kita juga dapat mencoba menghubungkan pikiran kita dengan pikiran orang lain, untuk mengambil nilai positif dari kekuatan nalar mereka yang lebih besar. Kita harus memiliki kawan atau terapis yang terpercaya yang dapat kita hubungi di saat seperti ini. Barangkali teman kita dapat memberikan pendapat yang lebih baik atau suntikan kebijaksanaan dalam permasalahan kita. Selain itu kita lebih baik mengabaikan semua kekhawatiran dan emosi negatif dalam diri kita. 

Barangkali kita tumbuh dengan gagasan bahwa selama kita sadar, pikiran kita akan bekerja secara optimal. Tetapi serangan mental yang datang dapat memblokade pikiran kita, karena kita lebih dikendalikan emosi daripada nalar. Maka tetaplah berusaha untuk menjadi seorang pemikir yang menyadari ketika orang-orang lain tidak lagi mampu berpikir. 

(a.m)

Reactions

Post a Comment

0 Comments