Ticker

6/recent/ticker-posts

Tantangan Pengajar di Masa Pandemi

SEJAK DESEMBER 2019, dunia digemparkan dengan munculnya virus corona atau yang sering dikenal Covid-19.  Segala upaya dari seluruh masyarakat telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Seperti penerapan protokol kesehatan yang ditekankan oleh pemerintah kepada masyarakat, seperti wajib menggunakan masker, mencuci tangan dengan handsanitizer, dan juga menghindari kerumunan.

Dari pandangan umum masyarakat, peraturan dari pemerintah tersebut tidaklah terlalu berdampak kepada kehidupan sehari-hari, kecuali menjauhi kerumunan. Berdiam di rumah sangatlah berdampak bagi kehidupan bagi dunia pendidikan, di mana kegiatan belajar-mengajar harus dilakukan secara online dan banyak beranggapan bahwa proses ini tidaklah berjalan efektif jika dibandingkan dengan proses tatap muka

Beberapa tenaga pengajar pun mengakui ketidakefektifan proses belajar secara online ini. Serta ditambah banyaknya kendala dan faktor yang menghambat mereka dalam menjalankan niat suci untuk mencerdaskan penerus-penerus bangsa. Adapun bebrapa hambatan fatal yang dialami oleh tengaja pengajar saat melakukan proses belajar mengajar secara daring ada beberapa hal. 

Baca Juga: Krisis Pendidikan dan Ekonomi Keluarga di Masa Pandemi

Pertama, yaitu minat siswa. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa jika anak-anak usia sekolah menengah ke bawah adalah usia bermain. Secara psikis anak seusia mereka belum terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan. Sehinga mereka seringkali asyik dengan kegiatan mereka, sepeti bermain game. Sehingga dari mereka melupakan kewajiban belajar mereka. 

Ketika penulis mewawancarai salah seorang guru tentang minat siswa dalam kegiatan belajar daring, ia mengatakan bahwa semakin hari minat para siswa semakin menurun. Di awal pandemi, para siswa terlihat antusias dalam pembelajaran secara daring. Bahkan dari 100 persen siswa, satu kelas hampir 90 persen mengerjakan dan mengirim tugas yang diberikan. Namun seiring berjalannya waktu, minat tersebut semakin terkisis dan menurun drastis hingga hampir mencapai 50 persen yang tidak mengerjakan dan mengumpulkan tugas. 

Hal tesebut tampaknya menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi para orang tua, untuk lebih teliti dalam mengawasi anak-anak mereka. Terutama tentang kegiatan belajar mereka, karena pada dasarnya pada proses belajar secara online, pengawasan kepada setiap anak adalah tanggung jawab bagi para orang tua yang menggantikan peran guru di sekolah.

Baca Juga: Problematika Pembelajaran Online di Masa Pandemi

Hambatan kedua adalah jaringan. Kita mengetahui bahwa kemajuan teknologi memang sangat membantu dalam proses kehidupan manusia. Jika dilihat dari sudut pandang pendidikan, kemajuan teknologi sangat begitu terasa dampak positifnya ketika dunia dilanda Pandemi Covid-19. Jika tetap menggunakan sistem tatap muka, tentunya akan semakin meningkatkan penyebaran virus. Sehingga di sini peran teknologi sangatlah vital dalam penerapan belajar online. 

Namun di sisi lain, kemajuan teknologi tersebut tampaknya tidak semua orang dapat menikmatinya secara maksimal. Pasalnya masyarakat di desa-desa pelosok sulit mendapatkan akses jaringan internet, sehingga berdampak pada pembelajaran. Hal tersebut bagi tenaga pengajar adalah hal yang sangat menghambat proses pembelajaran online di masa pandemi. Guru kesulitan dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Apalagi media-media yang digunakan notabenenya membutuhkan jaringan internet yang kuat, seperti Google Meet dan Zoom. 

Dari pengakuan beberapa guru, ada beberapa anak didik mereka yang tertinggal jauh dalam pemahaman materi. Hal ini dikarenakan hambatan tersebut. Meskipun sudah dikirimkan dokumen yang berisi ringkasan materi, namun tetap saja pemahaman mereka masih tidak efektif dibandingkan saat mereka mendengar penjelasan langsung dari seorang guru. Namun di sini menjadi tantangan bagi para guru, akankah mereka bisa menghadapinya?

Penulis: Khusnul Amin, Mahasiswa Jurusan Ilmu Al- Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang
Reactions

Post a Comment

0 Comments