Ticker

6/recent/ticker-posts

Corona dan Transformasi Sistem Pembelajaran

Gambar: Istimewa

TUJUH BULAN
lebih Pandemi Corona menjangkit negeri ini. Sejak Maret lalu, segala aspek mulai terkena dampaknya. Mulai dari segi kesehatan, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Para pekerja dan pelajar diminta untuk melakukan segala aktivitasnya di rumah masing-masing dengan sistem daring. Pola kehidupan pun mengalami perubahan secara masif. 

Menginjak bulan kedepalan, negeri ini mulai bangkit dari keterpurukan. Pemerintah terus melakukan evaluasi-evaluasi atas kebijakan yang sebelumnya diterapkan demi terciptanya keadaan yang kian membaik. Kebijakan new normal menjadi gerbang dilegalkannya kembali aktivitas sosial dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Para pekerja sudah mulai memasuki dunia pekerjaan. Perhatalan politik Pilkada serentak pun siap dilaksanakan. Namun, bagaimana kabar dari pendidikan di Indonesia? 

Sampai kini, pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kebanyakan masih menerapkan sistem pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi internet. Kursi dan bangku di lembaga pendidikan masih kosong, tak berpenghuni. Transformasi sistem pembelajaran yang awalnya sebagai alternatif tampaknya sudah menjadi hal baru. 

Namun sistem pembelajaran daring tetap saja bermasalahan. Menciptakan suasana belajar yang efektif dan interaktif di ruang virtual tidaklah mudah. Banyak hal menjadi kendala. Misalnya fasilitas penungjang pembelajaran yang tidak mendukung seperti gawai kurang memadai, jaringan lemah, harga kuota yang menghabiskan biaya. 

Masalah tersebut berdampak pada bagaimana pelajar dalam menungjang materi pembelajaran. Sebagai mahasiswa penulis sendiri merasakan kendala tersebut. Mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam memahami materi. Pasalnya pembelajaran di kelas online kurang memberikan pengetahuan bagi mahasiswa. Forum diskusi tidak hidup karena apatisme. Materi yang diberikan dosen pun sulit untuk ditangkap. Beberapa mata kuliah malah sering kosong. Seolah tidak mau pusing, dosen malah membebankan mahasiswa dengan setumpuk tugas tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu. 

Tentu kita semua tidak pernah mengharapkan kondisi ini terjadi. Para pendidik masih kebingungan dalam menetapkan metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Sementara mahasiswa masih apatis dalam mengikuti jadwal pembelajaran yang diikutinya.

Maka ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk terus berusaha mencari cara dalam mengoptimalkan keberlangsungkan pendidikan di negeri ini. Sangat disayangkan apabila sistem pendidikan harus terhambat. Peran dari semua elemen sangat dibutuhkan dalam mengatasi problematika ini. Mulai dari pemerintah, tenaga di institusi pendidikan, dan para pelajar itu sendiri. Jika terus seperti ini, bagaimana masa depan generasi muda Indonesia?

Penulis: Nasa Putra Mukhlisin
Mahasiswa Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang


Reactions

Post a Comment

0 Comments