Ticker

6/recent/ticker-posts

Tafsir Al- Misbah, Karya Terbesar Quraish Shihab

Tafsir Al- Misbah

DARI sekian banyak karya Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah merupakan mahakarya terbesarnya.  Tafsir ini telah menempatkannya sebagai mufasir Indonesia nomor satu yang mampu menulis tafsir Al- Qur’an 30 juz dengan sangat mendetail hingga 15 jilid/volume. Ia menafsirkan Al- Qur’an secara runtut dengan tertib susunan ayat dan surat. Tafsir Al- Misbah mulai ditulis pada hari Jumat, 14 Rabi’ul Awwal 1420 H/ 18 Juni 1999 M ketika beliau menjabat sebagai Duta Besar RI di Kairo. Penulisannya selesai pada hari Jumat, 8 Rajab 1423 H/ 5 September 2003. 

Penulisan Tafsir Al- Misbah dilatarbelakangi oleh semangat untuk menghadirkan karya tafsir Al- Qur’an kepada masyarakat. Secara normatif dikobarkan oleh apa yang dianggapnya sebagai suatu fenomena melemahnya kajian Al- Qur’an sehingga Al- Qur’an tidak lagi menjadi pedoman hidup dan sumber rujukan dalam mengambil keputusan. Menurut Quraish, dewasa ini masyarakat Islam lebih terpesona pada lantunan bacaan Al- Qur’an, seakan-akan kitab suci Al- Qur’an hanya diturunkan untuk dibaca.  

Umat Islam telah menyadari tuntutan normatif di atas dan bangkit ingin mengkaji Al- Qur’an tidak serta merta dapat melakukannya. Mereka dihadapkan pada keterbatasan waktu atau ilmu dasar maupun kelangkaan buku rujukan yang sesuai, yakni sesuai dari segi cakupan informasi yang jelas dan cukup, tetapi tidak berkepanjangan. Para pakar juga telah berhasil melahirkan sekian banyak metode maudlu’i atau metode tematik.

Metode ini dinilai dapat menghidangkan pandangan Al- Qur’an secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicirakannya. Namun karena banyaknya tema yang dikandung oleh kitab suci umat Islam itu, maka tentu saja pengenalan menyeluruh tidak mungkin terpenuhi, paling tidak hanya padatema-tema yang dibahas itu. 

Tuntutan normatif untuk memikirkan dan memahami Kitab suci dan kenyataan objektif akan berbagi kendala baik bahsa maupun sumber rujukan telah memberikan motivasi bagi Quraish untuk menghadirkan sebuah karya tafsir yang sanggup menghidangkan dengan baik pesan-pesan Al- Qur’an. Motivasi tersebut diwujudkan Quraish denga terus mengkaji berbagi metode penafsiran dan Al- Qur’an, menerapkannya dan mengvaluasinya, dari berbagai kritik dan respon pembaca. 

Metode penafsiran yang digunakan Quraish Shihab dalam Tafsir Al- Mishbah adalah metode tahlili dengan tartib mushafi, yakni penjelasan Al- Qur'an sesuai urutan mushaf dimulai dari al- Fatihah sampai an -Nas. Tafsir ini memakai corak adabi ijtima'i. Corak ini menampilkan pola penafsiran berdasarkan rasio kultural masyarakat. 

Di antara kitab tafsir yang bercorak demikian adalah Al- Misbah. Pada umumnya berusaha untuk membuktikan bahwa Al- Quran adalah sebagai kitab Allah yang mampu mengikuti perkembangan manusia beserta perubahan zamannya. 

Quraish Shihab lebih banyak menekankan sangat perlunya memahami wahyu Allah secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku dengan makna secara teks saja. Ini penting karena dengan memahami al-Quran secara kontekstual, maka pesan-pesan yang terkandung di dalamnya akan dapat difungsikan dengan baik kedalam dunia nyata.

Ia menjelaskan ayat-ayat Al- Qur’an dari segi ketelitian redaksi. Kemudian menyusun kandungan dengan redaksi indah yang lebih menonjolkan petunjuk Al- Quran bagi kehidupan manusia serta menhubungkan pengertian ayat dengan hukum-hukum alam yang terjadi di masyarakat. 
Uraian yang ia paparkan sangat memperhatikan kosa kata atau ungkapan Al- Qur’an dengan menyajikan pandangan-pandangan para pakar 25 bahasa, kemudian memperhatikan bagaimana ungkapan tersebut digunakan Al- Quran, lalu memahami ayat dan dasar penggunaan kata tersebut oleh Al- Quran.

Pembahasan dalam tafsir ini dimulai dengan memberikan pengantar dalam ayat-ayat yang akan ditafsirkannya. Setelah memberikan pengantar, Quraish mulai menafsirkan dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat Al- Qur’an sesuai dengan urutan bacaan mushaf. Hal ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa ayat-ayat dan surat-surat dalam Al- Qur’an mempunyai keserasian yang sempurna dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.

Dalam penyajiannya, Quraish Shihab memberikan pembahasan dalam Tafsir Al- Misbah yang meliputi beberapa hal.  Pertama, penyebutan nama-nama surat serta alasan-alasan penamaanya, juga disertai dengan keterangan tentang ayat- ayat diambil untuk dijadiakan nama surat

Kedua, jumlah ayat dan tempat turunnya, misalnya, apakah ini dalam katagori surat makkiyyah atau dalam katagori surat Madaniyyah, dan ada pengecualian ayat-ayat tertentu jika ada. Ketiga, penomoran surat berdasarkan penurunan dan penulisan mushaf, kadang juga disertai dengan nama surat sebelum atau sesudahnya surat tersebut

Keempat, menyebutkan tema pokok dan tujuan serta menyertakan pendapat para ulama-ulama tentang tema yang dibahas. Selanjutnya menjelaskan hubungan antara ayat sebelum dan sesudahnya. Selain itu juga menjelaskan tentang sebab-sebab turunya surat atau ayat.

Cara demikian yang telah dijelaskan di atas adalah upaya Quraish Shihab dalam memberikan kemudahan pembaca Tafsir Al- Misbah yang pada akhirnya pembaca dapat diberikan gamabaran secara menyeluruh tentang surat yang akan dibaca. Setelah itu. Quraish Shihab membuat kelompok-kelompok kecil untuk menjelaskan tafsirnya. Proses ini adalah upaya untuk mengembangkan uraian penafsiran sehingga pesan Al- Quur’an membumi dan dekat dengan masyarakat yang menjadi sasarannya.
(A.M)

Referensi: 
Saiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Al Qur’an,

Reactions

Post a Comment

0 Comments