Ticker

6/recent/ticker-posts

Literasi Digital Senjata Perangi Hoaks dalam Dunia Pendidikan

Ilustrasi literasi digital. (Foto: staiku.ac.id)

DI DUNIA di mana informasi mengalir begitu deras seperti saat ini, masyarakat semakin sulit membedakan antara fakta dan hoaks. Hoaks dan informasi yang keliru dapat tersebar luas dengan cepat hingga mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan.

Di saat guru dan murid mulai menghadapi kompleksitas dunia digital, literasi digital hadir sebagai keterampilan penting yang sangat berperan dalam pembentukan pola pikir yang kritis dan pengambilan keputusan yang tepat.

Penyebaran hoaks dalam dunia pendidikan menjadi perhatian yang semakin serius seiring berjalannya waktu. Ditambah lagi dengan hadirnya internet dan media sosial yang menyebabkan hoaks dan informasi palsu dapat menyebar dengan cepat, sehingga sering kali lebih cepat daripada upaya untuk menanggulanginya. 

Terdapat berbagai macam bentuk hoaks yang tersebar. Mulai dari misinformasi seputar kebijakan dalam pendidikan, fakta ilmiah yang keliru (pseudosains), hingga informasi kesehatan yang menyesatkan. Berita dan informasi yang kurang tepat seperti ini tentu berdampak dalam dunia pendidikan, seperti terganggunya proses pembelajaran, diragukannya kredibilitas tenaga pendidik, dan penyesatan siswa. 

Sebagai contoh, saat Pandemi Covid- 19 terjadi, tersebar misinformasi dan hoaks tentang vaksinasi yang menyebabkan ketakutan yang tidak berdasar dan penolakan di kalangan siswa dan orang tua. Informasi ini menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang serius yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar. 

Sifat yang mudah menyebar dari berita bohong tersebut menyadarkan kita betapa pentingnya literasi digital bagi dunia pendidikan. Sehingga guru dan murid dapat memeriksa dan menyeleksi dengan kritis setiap informasi yang diterima dari internet dan media sosial. 

Literasi digital yang dimiliki oleh guru maupun siswa mencakup berbagai keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk mengarahkan mereka secara efektif di dunia digital. Hal ini tidak hanya melibatkan penggunaan alat dan teknologi digital, tetapi juga evaluasi dan verifikasi secara kritis informasi yang diterima. 

Menurut Kominfo & Deliotte Consulting (2021), terdapat empat komponen yang membentuk kemampuan literasi digital seseorang. Pertama, kemampuan dalam menggunakan teknologi digital (digital skill) yang berkaitan dengan keterampilan menggunakan perangkat dan platform digital secara kompeten. 

Kedua, budaya digital (digital culture) yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi sebagai manusia dalam lingkungan masyarakat digital. 

Ketiga, etika digital (digital ethics) yang mengacu keapada bagaimana cara kita beraktivitas berdasarkan pada nilai, perilaku, dan norma yang berlaku pada masyarakat digital. 

Keempat, literasi keamanan digital (digital safety) yang melibatkan pemahaman tentang bagaimana cara menggunakan dan berinteraksi di dunia digital dengan aman. 

Maka dari itu, dengan semakin baiknya kemampuan literasi digital yang dimiliki seseorang, akan semakin kuat juga seseorang dalam menghadapi penyebaran hoaks. Dengan demikian, sangat penting untuk mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum sekolah agar siswa dan guru terbekali dengan keterampilan yang vital dalam menghadapi dunia digital. 

Sehingga dengan bekal literasi digital, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya dapat mengintegrasikan pengajaran literasi digital dengan mengadaptasi beberapa startegi. Seperti menyisipkan materi literasi digital ke dalam mata pelajaran yang diajarkan atau menggunakan alat digital untuk pembelajaran. 

Sebagai contoh, guru dapat memasukkan latihan pemeriksaan fakta dalam mata pelajaran bahasa seperti bahasa Inggris atau mata pelajaran lain. Selain itu sekolah juga dapat mengadakan penyuluhan atau lokakarya mengenai literasi digital. 

Dengan memasukkan muatan literasi digital ke dalam kurikulum pembelajaran, guru maupun siswa dapat mengembangkan keterampilan untuk dapat mengevaluasi dan menyeleksi informasi dengan kritis untuk melawan hoaks dan informasi yang keliru.

Meskipun memberikan banyak manfaat dan dampak positif, pemberian edukasi mengenai literasi digital masih menemui kendala dan tantangan. Di antara beberapa kendala yang ditemui adalah kurangnya sumber daya, sarana, prasana dan pelatihan untuk pendidik. Banyak guru mungkin tidak merasa percaya diri dengan keterampilan literasi digital mereka sendiri, sehingga sulit untuk mengajarkan keterampilan ini kepada siswa. 

Sekolah juga barangkali menghadapi kendala anggaran yang membatasi kemampuan mereka untuk berinvestasi dalam program literasi digital. Untuk mengatasi tantangan ini, sekolah perlu merencanakan dan menjalankan pelatihan guru dan pengembangan professional untuk memastikan pendidik memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajarkan literasi digital. 

Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa keterampilan literasi digital pada semua level pendidikan sangat penting dimiliki guru maupun siswa untuk memerangi hoaks dan informasi yang keliru yang dapat bersumber dari berbagai platform media sosial. 

Bekal keterampilan literasi digital akan membuat guru dan siswa lebih kritis dalam mengevaluasi, menyeleksi, dan memverifikasi informasi yang mereka terima. 

Sekolah juga dapat mengadopsi teknologi digital dan metode pengajaran yang inovatif untuk dapat lebih meningkatkan literasi digital sehingga mampu memberdayakan siswa dalam menghadapi dunia digital dengan bijak. 

Selain itu, perlu kita sadari juga bahwa diperlukan peran orang tua, keluarga, bahkan masyarakat untuk bekerja sama melakukan sosialisasi dan edukasi tentang literasi digital untuk memerangi hoaks. Pasalnya perjuangan melawan hoaks menjadi upaya kolektif yang membutuhkan usaha semua pihak. 

Penulis: Sabiq Ariqun Nabih

Reactions

Post a Comment

0 Comments