Ticker

6/recent/ticker-posts

Nabi Muhammad Sebagai Pedagang dan Utusan

Gambar: istimewa

MUHAMMAD adalah seorang pedagang yang membawa sebuah risalah. Hal itu bukanlah miliknya, tidak pula dia yang mencarinya. Namun risalah itulah yang mencari dia hingga mengubah diri hidupnya sebagai sebuah perjalanan yang tidak seorangpun pernah membayangkan. Keadaannya yang serba sederhana tidak menunjukan nasib agung yang dia peroleh. 

Muhammad lahir di Makkah dari kabilah Bani Hasyim pada sekitar 570 M. Kabilah ini sedang merosot pengaruhnya, dibayang-bayangi oleh saingannya, yakni Bani Umayyah. Dia juga tidak mewarisi sesuatu yang berharga sejak lahir. Ia seorang anak yatim dan ditinggal kakeknya ketika belum baligh. Sehingga menurut adat Arab berarti ia tidak memiliki warisan dari garis ayah. 

Karena sebagian besar keluarganya adalah pedagang, Muhammad menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan dagang ke Suriah yang membawa dagangan dari seorang janda bernama Khadijah. Kemudian ia pun ikut dipekerjakannya. Pada saat Muhammad berusia 25 tahun, Khadijah yang berusia 40 tahun meminta Muhammad untuk menikah dengannya. Dia pun setuju. Setelah pernikahan, muhammad tetap melanjutkan berdagang dengan modal dari istrinya dan bermitra dengan kerbat istrinya pula.

Meskipun bersyukur atas segala kenikmatannya, namun ada hal yang membuat Muhammad merasa hampa. Perasaan itulah yang mendorongnya untuk berkhlawat (menyepi) di gua, untuk menemukan sebuah ruang di dalam dirinya dan terpisah dari orang lain untuk merenung tentang keberhasilan dan kegagalan manusia. 

Muhammad mengakui kekuatan batu yang menjadi ciri kotanya, seperti kebanyakan anggota sukunya. Yaitu Ka’bah (tempat suci berbentuk kubus yang menampung berhala-berhala) yang dihubungkan dengan nabi di zamannya bernama Ibrahim. Berhala-berhala itu disebut-sebut memiliki kekuasaan yang menyaingi tuhan-tuhannya Ibrahim. Namun ada sebagian pula golongan yang menolaknya, di antaranya seperti orang-orang Yahudi (Nabinya adalah Musa) dan orang-orang Kristen (Nabinya adalah Isa). 

Perenungan yang dialakukan oleh Muhammad yang membuatnya menyelam ke dalam batin dan menemukan kedamaian pikirannya. Hal itu ia lakukan selama lebih dari satu dekade, hingga pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 M ketika ia berusia 40 tahun, ia merasakan getaran aneh yang berbeda di dalam dirinya. Getaran itu terasa dalam, mencekam, dan menguasai Muhammad. Kemudian ia mengeluarkan kata-kata yang bukan dari dirinya. “Bacalah !” dia diperlihatkan selembar sutra dengan kata-kata tersulam di atasnya. 

Maka ia bertanya “Apa yang harus saya baca ?” Perintah itupun kembali diulang. Muhammad dapat berbicara dan mengetahui simbol-simbol, namun tidak dapat membaca huruf. Ketika ia sedang merenungkan pemikirannya ini, untuk ketiga kalinya suara itu memerintahnya. Lalu dia mengucapkan kata-kata itu tanpa membacanya. Pada saat itu Muhammad mengalami kebingungan dan dan sedih. Karena ia tidak mampu menyerap pengalaman itu ketika seluruh keadaan tubuhnya gemetar. 

Kemudian, suara itu kembali datang menyapa namanya : “Hai Muhammad!” “Hai Muhammad!” lanjut suara itu. “Engkau tidak dapat melindungi dirimu dari bisikan jahat, hanya Dia-lah yang Maha mendengar dan Maha mengetahui yang dapat melindungimu. Mohonlah kepada Tuhan, sebelum itu ucapkanlah ‘Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk’. Dan sebelum engkau mengucap kata-kata yag baru saja aku berikan kepadamu dari tuhan-Mu, ucapkanlah ‘Dengan nama Tuhan, yang Maha pengasih dan Maha penyayang!’”. 

Ia menunggu tambahan arahan dari suara tadi, tetapi tidak ada yang datang lagi. Ia lalu bangun dan menuruni gunung berlari menujuh Makkah ke rumahnya untuk menemui Khadijah istrinya. Separuh perjalanan turun gunung suara itu kembali datang, kini suaranya besar disertai dengan satu wajah manusia. Wajah itu tampaknya datang dari balik cakrawala, kemudian berseru : “Hai Muhammad, Engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Jibril”, ia mencoba berpaling namun kemanapun ia memandang terlihat wajah itu (wajah manusia) yang menatap ke arahnya. 

Ia tidak dapat bergerak dan terpaku di tempat untuk waktu yang lama dalam keadaan berdiri. Sampai akhirnya Khadijah mengirimkan mata-mata untuk mencarinya. Mereka membawa pulang Muhammad dan setelah itu ia pingsan di pangkuan istrinya. Kemudian ia menceritakan apa yang telah dialaminya. 

Khadijah berkata “Wahai putra pamanku, tenang dan bergembiralah dengan nama Dzat yang memegang jiwaku. Aku berani berharap bahwa engkau telah terpilih sebagi nabi bangsa ini”. Mendengar jawaban tersebut tidak pernah terlintas di pikiran Muhammad bahwa ia akan menjadis seorang nabi dengan segala konsekuensinya. Hal ini membuat orang yang mendengarnya ada yang bersikap baik dan ada pula yang buruk.

Setelah wahyu pertama turun dan dalam kurun waktu yang panjang dan tidak turun lagi, mendakati tahun 619 M ia telah menerima banyak wahyu. Meskipun ketakuatan pada saat awal telah hilang, karena ia menjalani setiap hidupnya dengan Basmallah, dan setiap kali suara itu berbicara ia membaca Basmallah untuk memastikan bahwa kalimat itu berasal dari Allah. Semakin banyak merimanaya, maka semakin banyak pula yang menentangya. 

Pada suatu hari dia mengalami penderitaan lebih dari yang dapat ia tanggung. Malam itu, dalam putus asa ia berseru memanggil suara itu untuk memohon petunjuk agar ia dapat bertahan melawan musuh-musuhnya. Malam itu seperti yang ia rasakan waktu pertama kali Jibril datang kepadanya, yang menjadi tanda besar baginya. 

Wahyu kedua, perjalanan malam (Isra’) menyusul malam kemuliaan. Perjalanan itu membawa Muhammad dari Mekkah ke Jarusalem dan kemudian ke singgasana tertinggi di langit. Suara Jibril yang sudah pernah ia dengar mengumumkan mengenai hal apa yang akan terjadi. Suara itu mengisyaratkan Muhammad untuk naik ke sumber segala kebenaran dan kehidupan, batu sentuh kedamaian dan keadilan. 

Muhammad pertama-tama dibawa dengan kuda bersayap ke batu Ibrahim (tempat Ibrahim nyaris menyembelih putranya, Ismail di kota kuno Jerusalem). Jerusalem sendiri merupakan tempat tinggal para nabi, dari Ibrahim sampai Daud lalu Isa. Kini kota itu menerima nabi dari Arab yakni Muhammad. Ia dibawa oleh Jibril dari batu itu naik ke Langit. 

Pada langit pertama banyak malaikat dan nabi Adam menyambutnya. Pada langit kedua ada Nabi Isa dan Yahya. Sementara di langit ketiga Nabi Yusuf dan Sulaiman. Keempat, bertemu Musa dan saudara perempuannya Mariam. Adapun pada langit kelima ia bertemu Nabi Ismail dan Ishaq. Kemudian Nabi Ilyas dan Nabi Nuh pada langit keenam. Sampai akhirnya pada langit ketujuh ia dibuat silau oleh sebuah kerumunan malaikat lainnya. 

Di tengah-tengah mereka adalah nabi Ibrahim yang menyambutnya dengan hangat sebelum mengirimnya ke Sidratul Muntaha. Kemudian, Jibril berbicara atas nama Yang Agung dan Yang Terpuji. Dia menawarkan kepada Muhammad dan umatnya kemurahan ilahi jika mereka mau yakni mengerjakan salat 50 kali dalam sehari. 

Ia pun menerimanya dan kembali. Namun Musa mengingatkannya bahwa perintah itu terlalu banyak begi pengikutnya. Lalu Muhammad kembali menghadap dan meminta kewajiban itu untuk dikurangi hingga akhirnya sampai kepada kewajiban salat 5 kali dalam sehari. Perjalanan itu berakhir Muhammad turun melalui rute yang sama. Ia kembali ke Gunung Kuil di Jerusalem tempat tempat ia memulai perjalanan kemudian kembali ke Makkah dengan kuda bersayap yang sama. 

Paginya Muhammad terbangun dalam keadaan masih terkejut nemun terhibur dan kepercayaannya pulih. Kepercayaan itu memang sangat ia butuhkan dalam menghadapi cobaan yang dialaminya. Namun terlepas dari itu ia tetap menjadi seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya.

(A.M)
Reactions

Post a Comment

0 Comments