Ticker

6/recent/ticker-posts

Griya Riset Indonesia Berkomitmen Bangun Peradaban Lewat Riset dan Kepenulisan

Soft-Launching Griya Riset Indonesia "Membumikan Tradisi Riset di Kalangan Generasi Muda", Sabtu (18/09/21)

Semarang, DARUS.ID - Griya Riset Indonesia (GRI) berkomitmen membangun peradaban bangsa lewat tradisi riset dan kepenulisan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Direktur GRI, Amrizarois Ismail dalam acara soft-launching bertema "Membumikan Tradisi Riset di Kalangan Generasi Muda", Sabtu (18/09/21). 

"Tradisi menulis dan riset tidak bisa dielakkan manusia dalam membangun peradaban. Tidak akan ada peradaban bangsa tanpa dilandasi kedua tradisi tersebut. Kami ingin menanamkannya kepada generasi muda karena ialah yang akan membangun bangsa dan agama," ungkapnya dalam kegiatan yang digelar secara virtual melalui Zoom Meeting.

Selanjutnya, Amri memberikan contoh bagaimana tradisi riset dan kepenulisan sudah dimiliki sejak zaman Nabi Muhammad. Menurutnya, Al-Qur'an dapat dinikmati oleh umat Islam sampai saat ini tidak terlepas dari kedua bidang tersebut.

"Al-Quran yang menjadi tuntuan hidup yang kita baca dan hayati tak terlepas dari tradisi menulis para sahabat. Hingga lembaran sudah terkumpul dalam satu mushaf. Pasca nabi wafat, para sahabat juga melakukan ijtihad, dan kita tahu ijtihad adalah metode riset," ujar dosen Unika Soegijapranata Semarang. 

Sementara itu, dalam sambutannya, Pendiri GRI, Ma'as Shobirin menegaskan bahwa organisasi ini dibentuk dengan tujuan dapat menjadi wadah dan ruang para generasi muda dalam meningkatkan diskursus keilmuan, khususnya melalui riset dan kepenulisan. 

"Kita kumpulkan energi muda untuk aktivitas di bidang riset dan kepenulisan. Semoga menjadi wadah dan ruang bagi rekan semua dan hasilnya dapat dinikmati masyarakat luas. Kita jalankan lembaga dengan cara yang baik. Ini saya dirikan untuk tujuan yang mulia," katanya. 

Dosen di Universitas Wahid Hasyim Semarang itu menambahkan, perbedaan GRI dengan organisasi riset lainnya adalah, di sini peneliti atau penulis berbicara dengan karyanya, serta melepaskan gelar akademik kampusnya.

"Di sini pembicara berafiliasi kepada produk yang ditampilkan, bukan kampusnya. Perwujudannya dalam bentuk produk. Ini akan menjadi rekam jejak, lebih kepada konten, bukan gelar akademik," tegasnya. 

Terakhir, Ma'as dan Amri mengucapkan terima kasih kepada kedua narasumber yang mengisi webinar dalam soft-launching ini, yaitu Ach Dhofir Zuhry, penulis buku Peradaban Sarung dan Ali Romdhoni, peneliti Sejarah Kesultanan Demak Bintara. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh peserta yang sudah berpartisipasi menyemarakkan soft-launching GRI. 

Reporter: Mahfud AM

Reactions

Post a Comment

0 Comments