Ticker

6/recent/ticker-posts

Kartini dan Spirit Kohati Mencerdaskan Generasi Bangsa


SEJARAH
mencatat bahwa Kartini memiliki peran penting bagi peradaban bangsa yang berumur 75 tahun ini. Hidup pada masa penjajahan Belanda, Kartini berani melawan sistem patriarki yang melekat dalam kebudayaan masyarakat. Ia tak pernah berhenti menyuarakan hak dan kebebasan perempuan. Hingga semangat dan perjuangannya berhasil menempatkan perempuan pribumi sejajar dengan kaum laki-laki.

Peran Kartini yang paling terlihat yakni pada bidang pendidikan. Pada masa itu perempuan hanya diperbolehkan mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar. Kemudian mereka akan menjalani masa pingitan sampai tiba waktunya untuk menikah. Selain itu ruang geraknya juga dibatasi. Tugasnya tidak jauh dari mencuci, memasak, dan mengurus kebutuhan rumah tangga lainnya.

Di tengah keadaan yang membelenggu tersebut, Kartini hadir dengan gerakan emansipasinya. Ia bertekad memajukan kaum perempuan dengan mendirikan sekolah di daerah kelahirannya, Kota Jepara. Di sekolah itulah anak-anak gadis diajarkan membaca dan menulis, serta keterampilan seperti memasak, menjahit, menyulam, dan lain sebagainya. Dari situ pula perempuan pribumi mulai bangkit dan hak-haknya mulai terpenuhi.

Sosok Kartini akan selalu kita ingat setiap tanggal 21 April, tepatnya pada Hari Kartini. Hari Kartini seyogyanya menjadi momen refleksi bagi kaum perempuan untuk bangkit dan membebaskan diri dari penindasan. Karena sebagaimana kata Karl Marx, “Semua setara dan penindasan adalah musuh nomor satu yang harus diperangi umat manusia.” Dalam hal ini, perempuan memiliki hak dan kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Perempuan juga memiliki peran dan kedudukan yang tidak kalah penting dengan laki-laki.

Mengabdi untuk Umat 

Dalam peta perjalanan bangsa Indonesia, telah banyak organisasi-organisasi keperempuanan lahir. Salah satunya yakni Korps HMI- Wati (Kohati), yang berdiri 17 September 1966 sebagai badan semi otonom milik Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang fokus pada pembinaan dan pemberdayaan perempuan. Kohati bertugas membina, mengembangkan, dan meningkatkan potensi HMI- Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan. 

Sebagai insan pengabdi, Kohati senantiasa sadar akan peran dan tanggung jawabnya dengan membina dan meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program kerja maupun agenda yang sering diadakan Kohati. Penulis mengamati sendiri gerakan para HMI- Wati di tempat penulis, yakni Kohati Korkom Walisongo Semarang. Mereka sering mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan mengajar anak-anak di sekolah maupun panti asuhan. Dengan itu pula Kohati telah berupaya mengenalkan budaya literasi kepada anak-anak sejak dini. 

Para HMI- Wati mewarisi semangat perjuangan Kartini dalam mencetak generasi bangsa melalui pendidikan. Karena berawal dari pendidikan, bangsa ini dapat melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas. Dengan pendidikan pula, bangsa ini dapat terbebas dari kebodohan dan penjajahan. Sebagaimana tokoh filsafat pendidikan Paulo Fereire berkata, “Pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan.” 

Sosok Ibu yang Ideal 

Muslikhati (2004) menjelaskan bahwa ibu adalah sosok yang memiliki kelembutan, kasih sayang, kedamaian, perngorbanan, dan pengabdian yang tulus kepada seorang anak. Ibu memang menjadi sekolah pertama yang berperan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Dari seorang ibu yang berintegritas, terbentuklah generasi bangsa yang berkualitas.
 
Dalam hal ini, para HMI- Wati adalah sosok ibu yang ideal, karena memiliki kualitas dari segi intelektual, emosional, dan spiritual. Hal itu tentu didapatkan selama berproses di HMI maupun Kohati. Kultur yang menjunjung tinggi nilai iman, ilmu, dan amal itulah yang dapat membentuk sosok HMI- Wati menjadi perempuan ideal. 

HMI- Wati pada dasarnya akan senantiasa menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai insan pengabdi. Tidak hanya ketika menjadi kader, tetapi juga ketika pada saat menjadi seorang ibu rumah tangga. Di mana para HMI- Wati dapat membentuk karakter generasi muda sejak dini. 

HMI- Wati mewarisi semangat juang Kartini dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa yang unggul dan berkualitas. Hal ini juga menjadi tanda bahwa perempuan memiliki peran penting dalam sebuah bangsa. Sebagaimana dalam mukadimah Pedoman Dasar Kohati (PDK) juga disebutkan bahwa “Wanita adalah tiang negara.”   

(A.M)

Reactions

Post a Comment

0 Comments