Ticker

6/recent/ticker-posts

Eksistensi Wayang di Era Globalisasi


Kedatangan agama Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa, mendorong terjadinya perubahan yang cukup besar di berbagai bidang kebudayaan, baik menyangkut perilaku manusia maupun hasil budayanya. Salah satu bidang kebudayaan yang cukup besar mengalami perubahan adalah wayang kulit. Jenis budaya ini semula telah dikenal secara luas dan berperan penting dalam kegiatan keagamaan, serta telah memiliki bentuk dan susunan yang bagus. Pada waktu itu wayang mengalami perubahan secara total, baik menyangkut wujud maupun nilai yang terkandung di dalam agama.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia dan sampai saat ini keberadaanya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungan perjalanannya wayang kulit mengalami perubahan drastis, baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya. 

Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu Jawa, pada masa Islam mengalami perubahan di segala bidang, mulai dari tampilan wujud hingga fungsinya yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam. Memasuki masa Islam di Indonesia, wayang kulit purwa berkembang pesat setelah terjadi perubahan antara budaya lama dengan budaya baru, yaitu ajaran Hindu dan Islam, sehingga bentuk wayang kulit menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.            

Wayang kulit yang diwujudkan dalam masa Islam di Indonesia ini berkembang di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur termasuk Madura, dan Yogyakarta, serta daerah lain yang mendapat pengaruh agama Islam. Jenis wayang kulit ini tetap lestari hidup hingga sekarang dan menjadi sumber ide dalam penciptaan bentuk wayang kulit baru yang sesuai dengan jiwa sekarang dan perkembangan zaman.

Namun memasuki era digital dan modernisasi seperti ini, eksistensi wayang kulit menjadi terancam. Bagi anak muda zaman sekarang, pastinya sedikit saja yang mau menikmati dan melestarikannya. Anak muda saat ini lebih suka terhadap budaya asing maupun budaya lokal yang lebih modern dan ngetrend daripada budaya tradisonal. Jika ada pertunjukan wayang dan konser band, penulis yakin bahwa masyarakat akan lebih memilih untuk menonton dangdut. 

Hal itu terjadi karena arus globalisasi yang tidak bisa disaring dengan baik. Masyarakat juga menganggap bahwa wayang yang merupakan budaya tradisonal sudah tidak zaman jika digunakan di masa sekarang. Maka dari itu, eksistensi wayang terancam punah. Di daerah penulis sendiri pun sudah tidak ada lagi pertunjukan wayang. 

Padahal sesungguhnya wayang adalah suatu kebanggan bagi masyarakat Jawa. Budaya warisan dari nenek moyang secara turun temurun seharusnya bisa dilestarikan oleh masyarakat. Mengingat, wayang mempunyai peran penting bagi kehidupan masyarakat Jawa. Selain itu, banyak kalangan dari agama Islam yang tidak menyadari bahwa wayang adalah salah satu media yang efektif dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. 

Pertunjukan wayang banyak mengandung unsur-unsur yang berfaedah bagi kehidupan masyarakat. 
Wayang dipandang sebagai kesenian dan kebudayaan tradisional dengan multifungsi dan dimensi. 
Dengan berkaca pada sejarah, penulis sangat mengharapkan bahwa wayang tetap lestari di negeri ini. Budaya yang sangat berpengaruh itu tidak bisa dilupakan dan diduakan begitu saja. Era globalisasi dan modernisasi sesungguhnya tidak menjadi ancaman bagi budaya tradisional. Justru itu malah menjadi suatu media yang bagus bagi pelestarian wayang. 

Dalam hal ini, kita harus bisa melihat realita sekarang. Sebagaimana yang dilakukan para Wali Sanga dalam penyebaran agama Islam, yaitu dengan akulturasi budaya Hindu dan Islam. Pada zaman modern ini, kita juga perlu menyertakan terobosan dan unsur baru dalam wayang.
 
Media yang ada pada zaman sekarang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik. Misalnya wayang direkam dan ditayangkan dalam televisi dan bisa disimpan dalam bentuk digital, sehingga semua masyarakat bisa ditonton, dinikmati, dan diapresiasi kapan saja. Selain itu, wayang juga perlu diceritakan secara tertulis dalam bentuk buku serta dimuat dalam media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid. Dengan adanya media teknologi modern seperti saat ini, penulis yakin bahwa wayang bisa tetap lestari dan dinikmati masyrakat untuk selama-lamanya. 
Reactions

Post a Comment

0 Comments